Home » » Batas Dominasi Pria terhadap Wanita

Batas Dominasi Pria terhadap Wanita


Sebenarnya apa faktor utama pria cenderung menjadi pihak dominan dalam sebuah hubungan? Ternyata hal itu terdiri dari dua alasan. Apa saja?

Pertama berasal dari pengaruh tradisi patriakal di masyarakat yang beredar di tengah masyarakat. Sudut pandang konservatif ini, menempatkan lelaki sebagai pihak yang mengambil keputusan atau memiliki kuasa dan kaum wanita hanya menjadi pengikut.

Faktor kedua adalah ego lelaki sebagai kaum yang lebih kuat, ingin menjadi pahlawan dan bisa diandalkan. Hal tersebut menjadi salah satu alasan utama yang mendasari sikapnya yang ingin mendominasi hubungan.

Meski demikian, Dra Clara Istiwidarum Kriswanto MA CPBC, psikolog dari Jagadnita Consulting, tidak membenarkan perilaku tersebut. Menurutnya, dalam suatu hubungan antara lawan jenis tidak bisa ada pihak yang mendominasi.

Menurutnya, hidup bersama dengan pasangan pasti akan mengalami perbedaan-perbedaan pendapat maupun hal lain yang akan membatasi gerak. Kondisi seperti ini, bila dibiarkan akan menjadi bumerang yang kian menghantui. Karena itu, bukan berarti hubungan menjadi tameng agar seseorang dapat mendominasi.

Nah, guna memenuhi keinginan tersebut, perlu kerja sama di antara kedua belah pihak. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menerapkan kerja sama itu adalah bagaimana cara mengelola financial.

"Meski pria dituntut menjadi imam atau kepala keluarga yang harus mencari nafkah, bukan berarti dia bisa semena-mena terhadap pasangannya. Karena perannya tidak hanya pencari nafkah, tapi juga sebagai suami, ayah dan menantu yang akan berpengaruh terhadap lingkungannya. Jadi pasangan itu diharapkan menjadi pendamping, bukan untuk menjadi dominan,".

Menurut wanita yang mengambil gelar S2-nya di usia 40 tahun itu, bahkan meski seorang pria telah disepakati sebagai pencari nafkah satu-satunya, dominan dalam hubungan tetap tidak bisa ditolerir.

"Meski pria ditunjuk sebagai pencari nafkah singel, bukan berarti sikap menekan atau dominan dalam artian menguasai pasangan dibolehkan," papar psikolog yang telah menulis buku Keluargaku permataku, Seks, Es Krim dan Kopi Susu serta Ngobrolin Seks di Ruang Keluarga itu.

Ditambahkan olehnya, maksud dari tidak bolehnya pria mendominasi hubungan ialah memperlakukan pendamping sebagai partner yang dapat didelegasikan (pembagian tugas).

"Walaupun seorang pria akan menjadi kepala keluarga, bukan berarti dia harus semena-mena dengan pasangannya. Justru dia harus bertanggungjawab, dalam arti memberi pendelegasian pada pasangannya," tutur ibunda empat orang anak yang selalu tampil cantik ini.

Pembagian tugas ini, sambungnya, dengan cara memperlakukan pasangan sebagai mitra. "Jadi mengakui, menghargai dan memberi kompetisi yang sama ketika kemampuan pasangan jauh dari kemampuan yang dimilikinya," imbuh Clara. Bagaimana, sudahkah Anda mendelegasikan tugas pada pasangan?
Share this article :

0 comments:

Posting Komentar

Jangan lupa komennya ya demi membangun blog ini agar menjadi lebih baik dari sekarang saran anda sangat berarti untuk perkembangan blog ini :)

 
Copyright © 2011. Indonesian Toshokan - All Rights Reserved