“Adduuuhhh....Sakit Kang …pelan-pelan
masukkinnya …” Aku pura-pura merintih kesakitan saat suamiku melakukan
penetrasi pertama kalinya di malam pengantin kami.
“Akkkhhhhh ….Sakit sekali Kang
….aduuhhhhh …” Kembali aku pura-pura menjerit kesakitan ketika penis
suamiku sudah setengah jalan sambil tanganku mencakar punggungnya.
Akhirnya aku bisa merasa lega
setelah aku merasakan adanya rembesan cairan yang keluar dari liang
senggamaku. Supaya kesannya liang senggamaku masih sempit seperti
anggapan laki-laki kebanyakan tentang perawan, aku menahan kontraksikan
otot-otot vaginaku selama mungkin. Aku tidak mau memakai jamu-jamuan
untuk bikit “rapet” vagina karena akan membuatku kesakitan beneran saat
penetrasi.
Untunglah semuanya akhirnya
berjalan lancar, suamiku bisa menunaikan tugas pertamanya dengan baik
walaupun aku tidak bisa mendapat orgasme yang karena mungkin aku terlalu
berkonsentasi pada akting perawanku. Tapi yang paling penting dia tidak
curiga aku sudah tidak perawan lagi karena selain aku berpura-pura
belum pernah bersetubuh tapi juga ada “bukti nyata” berupa darah perawan
yang berceceran di seprei.
Aku memang sudah tidak perawan
lagi waktu menikah, keperawananku sudah diambil bossku dari kantor
tempat aku bekerja saat kami berdinas di luar kota kurang lebih setahun
sebelumnya. Beliaulah yang mengatur strategi buatku supaya aku bisa
melewati malam pertamaku dengan “mulus” sehingga ketidak perawananku
tidak mengganggu awal rumah tangga baruku.
Dari beberapa opsi yang beliau
ajukan supaya aku terlihat perawan lagi di malam pertama, aku mengambil
opsi synthetic hymen yang lebih praktis dibandingkan operasi plastik
selaput dara. Aku minta untuk dibelikan synthetic hymen sebanyak yang
memungkinkan supaya aku bisa berlatih dulu sampai fasih supaya calon
suamiku yang sangat pecemburu tidak curiga. Inti latihannya adalah
memasang synthetic hymen dengan tepat dan tidak mencurigakan karena
kesempatannya hanya satu kali saja. Kemudian belajar pura-pura merintih
kesakitan saat (calon) suamiku melakukan penetrasi pertama, baik awal
kepala penis masuk maupun saat “selaput dara” mulai robek. Terakhir
adalah belajar mengkotraksikan otot-otot vagina untuk member kesan liang
senggamaku masih sempit.
Tentu saja aku meminta bantuan
bossku itu untuk “memerawani” aku lagi berkali-kali dengan menggunakan
synthetic hymen tersebut sampai aku benar-benar percaya diri untuk
melakukannya sendiri. Bossku memasang kamera yang merekam setiap adegan
latihan tersebut supaya bisa kami bahas sesudahnya. Setiap latihan
“malam pertama” ini dilakukan dengan lengkap, mulai dari melakukan fore
play sampai bossku ejakulasi. Aku harus melatih menjaga reaksiku seperti
benar-benar baru pertama kali bersetubuh, bukan sebagai wanita yang
sudah sangat berpengalaman dalam berhubungan badan. Untungnya aku dan
suamiku sering melakukan petting waktu pacaran, sehingga aku tidak perlu
belajar berpura-pura malu telanjang dihadapan dia.
Akhirnya aku merasa benar-benar
lancar melakukannya setelah 7 kali latihan ditambah satu kali “gladi
resik” yang semuanya kami lakukan dalam 2 minggu sebelum hari
perkawinanku.
Namaku adalah Rina, saat cerita
ini terjadi umurku sudah 32 tahun, masih single dan masih perawan tapi
rencananya tahun depan aku mau menikah dengan tunanganku yang sudah
kupacari lebih dari enam tahun. Walaupun masih perawan, pengalamanku
tentang seks sudah tidak awam lagi karena dua tahun terakhir ini aku dan
tunanganku cukup aktif melakukan petting hampir pada tiap kesempatan
untuk bercumbu. Kami biasa melakukannya di tempat kos tunanganku setelah
aku dijemputnya dari kantor.
Sebenarnya cukup risih juga
melakukannya di sana karena teman-teman kosnya melihatku seperti
perempuan murahan setiap kami melewati mereka. Tapi aku tidak punya
pilihan tempat untuk melakukannya karena aku benar-benar seperti sudah
ketagihan, sehingga sering kali aku duluan yang memintanya. Kata orang
nafsu seksku sangat besar karena aku memiliki payudara yang besar dan
bulat walaupun demikian tetap proporsional terhadap ukuran tubuhku yang
sedang-sedang saja. Besarnya payudaraku juga didukung oleh dagingnya
yang padat dan kenyal sehingga membuat dadaku seperti selalu membusung
dan menantang yang membuat setiap laki-laki ingin meliriknya.
Meskipun kami sudah melakukan
ratusan kali petting, tapi aku tetap bisa mencegah dan menolak
tunanganku melakukan penetrasi. Aku tidak punya kepercayaan penuh bahwa
dia akan menikahiku kalau aku sudah menyerahkan keperawananku padanya.
Selama ini dia sudah beberapa kali mengundurkan rencana perkawinan kami
dengan berbagai alasan sehingga membuat hubungan kami juga sering putus
nyambung. Alasannya yang paling sering digunakan adalah karena aku masih
bekerja dan terikat kontrak kerja dengan perusahaanku. Dia selalu
bilang bahwa dia ingin aku menjadi ibu rumah tangga saja karena dia
sanggup mencari nafkah buatku walaupun sampai sekarang belum benar-benar
bisa dibuktikan.
Aku bekerja di sebuah perusahaan
teknologi IT dan Telekomunikasi di Bandung sebagai staf bidang
marketing untuk membantu direktur utama. Pak Yanto adalah atasan
langsungku yang selain sebagai direktur utama juga sekaligus merupakan
salah satu pemilik perusahaan. Beliau seorang laki-laki berbadan tinggi
besar (tinggi sekitar 180an cm dan berat badannya lebih dari 100Kg),
berumur 44 – 45 tahun. Berpenampilan cukup gagah dengan kumis dan
janggut tebal yang sudah dihiasi uban yang justru menambah wibawanya.
Satu hal yang sering jadi bahan obrolan staf-staf wanita di kantor
tentang bossku ini adalah bulu tangan dan kakinya yang lebat yang
membuatnya terlihat sangat seksi buat kami kaum hawa.
Sebagai
stafnya pak Yanto tentu saja kami sering bertemu, baik dalam
rapat-rapat marketing maupun saat aku menghadap beliau untuk menerima
atau melaporkan tugas-tugasku. Salah satu kebiasaan pak Yanto yang
sering membuatku risih adalah beliau tidak segan-segan memandang ke arah
dadaku dengan pandangan kagum dan seolah-olah ingin melihat ke
dalamnya. Beliau juga suka melihat ke arah selangkanganku saat aku
memakai celana panjang ke kantor. Daging di sekitar vaginaku memang
sangat tebal dan gemuk sehingga kalau memakai celana panjang yang agak
ketat selangkanganku terlihat menonjol seperti halnya tonjolan penis
pada celana laki-laki. Tapi untuk hal-hal di luar itu beliau sangat
santun, sopan dan selalu bersikap gentle terhadap staf-stafnya, bahkan
sama sekali tidak pernah menepuk atau memegang tubuh staf wanitanya.
Seperti halnya beberapa staf
wanita lainnya, diam-diam aku sering mengagumi beliau dan
mengidolakannya sebagai pria idaman yang ingin kami jadikan sebagai
kriteria suami atau yang ingin suaminya seperti beliau. Kadang-kadang
beberapa staf yang sudah menikah suka bergunjing membayangkan bagaimana
‘pelayanan’ pak Yanto di ranjang yang mereka anggap selain ‘hebat’ juga
akan segentle sifatnya. Mereka suka membandingkan dengan suami mereka
rata-rata hanya main tabrak lari saja saat berhubungan intim.
Di
kantor memang beredar gossip bahwa ada 2 - 3 orang karyawan wanita
mulai dari level staf biasa sampai manajer yang tidur dengan beliau
secara teratur. Mereka ada yang statusnya masih single maupun yang sudah
menikah saat diajak tidur oleh beliau. Menurut gossip juga, staf wanita
yang dipilih akan ditidurinya adalah dengan membawanya dalam perjalanan
dinas hanya berdua dengan beliau. Sebagai staf yang masih single tentu
saja aku hanya jadi pendengar, tetapi aku menjadi suka mengkhayalkan
perbandingan antara melakukan petting dengan tunanganku dan kalau
seandainya melakukan petting dengan pak Yanto saat diajak dinas
bersamanya.
Dalam beberapa hari ini aku
mendapat tugas mengikuti short course dan workshop di sebuah institut
manajemen di Jakarta Selatan yang berlangsung seminggu penuh. Aku juga
tahu bahwa pada saat yang sama pak Yanto sedang ada di Jakarta untuk
beberapa urusan yang memakan waktu sekitar 2 – 3 hari. Biasanya beliau
menginap di hotel bintang 5 di bilangan Mega Kuningan tentu saja tidak
sama dengan hotelku menginap yang berada di bilangan Jakarta Selatan.
Tapi terjadi peristiwa yang
tidak disangka-sangka yaitu pada akhir short course hari pertamaku
bossku muncul dan mengajakku jalan-jalan dan menemaninya makan malam.
Institut tempat short courseku memang merupakan sekolah beliau mengambil
S2 dan beliau biasa mampir ke sini.
Aku sih senang-senang saja,
walaupun rada deg-degan juga karena aku akan jalan hanya berdua dengan
pria yang aku kagumi dan untuk pertama kalinya bukan untuk urusan
pekerjaan. Pak Yanto juga sedikit berbeda dari biasanya karena sekarang
beliau kadang-kadang memegang tanganku pada saat yang memang diperlukan,
seperti menyebrang jalan atau menerabas kerumunan orang. Tapi lama
kelamaan aku menjadi merasa nyaman dengan hal tersebut sehingga sering
dengan sengaja aku tidak melepaskan tangannya lagi walaupun sebenarnya
sudah tidak perlu lagi. Jadilah kami berjalan-jalan sambil bergandengan
tangan, kadang-kadang malah aku menggelendot agak manja seperti yang
sedang pacaran.
Malamnya aku dikembalikan ke
hotelku tanpa ada kejadian istimewa apapun dan tanpa ada janji dari
beliau untuk bertemu lagi esok harinya. Aku sempat berpikir apakah aku
bukan teman kencan yang menyenangkan buat beliau sehingga hari ini
terlewat begitu saja tapi mungkin saja memang beliau hanya sedang butuh
teman jalan-jalan.
Hari kedua atau hari Selasa
beliau kembali beliau muncul menjemputku, kali ini selain makan malam
beliau juga ingin ditemani menonton di bioskop. Pada ‘kencan’ di hari ke
dua ini, aku sudah tidak ragu-ragu lagi untuk berinisiatif memegang
tangan beliau duluan. Beliaupun ‘mulai berani’ merangkul pundakku saat
berjalan atau memeluk pinggangku dari belakang dengan kedua tangannya
ketika antri tiket bioskop. Walaupun hal itu membuatku jadi merinding
dan panas dingin, tetapi aku sangat suka sekali diperlakukan seperti itu
oleh beliau. Sebagai pamungkas di malam itu, saat beliau mengantarkanku
kembali ke hotel beliau mencium pipiku serta berjanji akan menjemputku
kembali esoknya. Aku pun membalasnya dengan kecupan sekilas pada
bibirnya sebagai tanda aku sudah menerima beliau lebih dari sekedar
teman biasa ataupun sebagai bossku.
Malam itu aku pikiranku melayang
ke mana-mana dan kalau gossip itu benar artinya aku sedang dipilih
sebagai “salah satu wanitanya”. Perasaanku campur aduk, tetapi anehnya
aku merasa sangat senang bahkan bahagia menjadi wanita pilihan beliau.
Bahkan aku sudah berandai-andai bagaimana cara memulai percakapan yang
akan dipakai beliau untuk mengajakku bercumbu.
Hari
Rabu aku sudah siap menunggunya dengan mengenakan rok yang rapi seperti
yang biasa aku pakai kalau aku mau berkencan dengan tunanganku. Pak
Yanto kali ini mengajakku makan malam di tempat yang romantis di
restoran yang letaknya di lantai paling atas salah satu gedung tinggi di
Jakarta. Setelah dari sana, beliau mengajakku ke daerah utara Jakarta
untuk menikmati pemandangan pantai di malam hari dan untuk pertama
kalinya kami berciuman di dalam mobil. Pak Yanto sangat pandai dalam
berciuman sehingga membuatku sangat terhanyut sampai aku sempat berharap
beliau melanjutkannya dengan petting saat itu juga di mobil. Tapi
beliau benar-benar hanya menciumi bibir dan memelukku saja, bahkan
meraba-raba tubuhku pun tidak beliau lakukan. Kami kembali berciuman di
area parker hotel tempat menginapku dan aku mengira beliau akan ikut ke
kamarku, tapi kembali tebakanku meleset …
Malam itu tidurku sangat gelisah
karena gairah birahiku yang sudah dibangkitkan oleh beliau tidak bisa
tersalurkan seperti biasanya. Padahal gairah yang aku alami sekarang
jauh lebih besar dari gairah yang aku rasakan kalau sedang bercumbu
bersama tunanganku karena merupakan akumulasi dari malam sebelumnya.
Tapi aku juga agak bersyukur pak Yanto hanya menciumku karena sebenarnya
aku agak takut beliau akan meminta lebih dari melakukan petting yaitu
berhubungan badan dan aku tak yakin bisa menolaknya.
Hari
Kamis, hari pertama workshop di mana giliran kelompokku hanya ½ hari
dan seperti sudah tahu jadwalku pak Yanto sudah menunggu di kantin
kampus untuk mengajak makan siang di luar. Saat melihatnya aku sangat
gembira karena sejak pagi tadi aku memang sangat kangen kepada beliau.
Aku langsung menarik-narik beliau untuk bergegas menuju mobil supaya aku
bisa segera melepas kangenku. Baru saja bibir kami saling menempel, pak
Yanto melihat satpam kampus yang berpatroli ke arah mobil kami sehingga
pelampiasan kangenku menjadi tertunda. Kembali aku mengalami kebuntuan
penyaluran gairahku tepat pada saat seharusnya meledak.
Sambil membawa mobil keluar dari
parkiran, pak Yanto bilang padaku bahwa setelah makan siang, kami akan
mampir dulu ke hotel tempat dia menginap sambil menunggu tibanya waktu
untuk jalan-jalan menjelang sore harinya. Aku sih senang-senang saja
karena setidaknya kami punya waktu dan tempat private untuk berduaan
sebelum jalan-jalan lagi.
Siang
itu kami makan siang di restoran yang seluruh menunya adalah olahan
daging kambing dan domba. Aku memesan steak kambing yang cukup besar dan
jus buah tetapi menggunakan campuran susu kambing juga. Pak Yanto
sendiri memilih memesan sate kambing muda dan beberapa masakan
tradisional lainnya. Karena aku sudah tidak sabar ingin melepas kangen
di kamar hotelnya beliau, kami tidak berlama-lama di sana dan segera
menuju Mega Kuningan.
Di dalam mobil aku mulai merasa
tubuhku agak panas tetapi aku tidak terlalu pedulikan. Aku lihat sambil
menyetir pak Yanto menelan pil dan memberikan pil yang lain ke padaku
yang langsung aku telan juga. Beliau bilang pil ini untuk mengurangi
kolesterol dari masakan olahan daging kambing tadi tapi meskipun
demikian pil itu justru membuat badanku semakin terasa panas. Tak lama
kemudian kami sampai di hotelnya pak Yanto dan sambil bergandengan
tangan kami berjalan menuju kamarnya beliau.
Begitu masuk ke dalam kamar, aku
langsung memeluk pak Yanto dan menciuminya dengan gemas. Setelah
memastikan pintu terkunci dengan baik, beliau lalu balas memelukku dan
menciumku dengan tak kalah hangatnya. Walaupun sudah berada berduaan
saja di dalam kamar, beliau tidak bertindak seperti yang aku bayangkan
tentang laki-laki yang suka memanfaatkan keadaan. Aku coba melakukan
beberapa isyarat yang paling memungkinkan karena aku tidak mau disebut
tidak sopan oleh beliau, seperti meremas dengan halus buah pantatnya
atau menggesek-gesekkan badanku dan pahaku ke penisnya. Semua usaha itu
bukan hanya tidak mendatangkan hasil, malahan membuatku menjadi
kelimpungan sendiri akibat gairahku yang semakin meninggi.
Setelah
puas berciuman, aku segera melepaskan diri dan duduk di kursi sambil
meminum air putih untuk menenangkan diri. Sedangkan pak Yanto
mengeluarkan notebooknya dan menatanya di meja kerja yang tersedia di
kamar tersebut. Sambil menunggu, aku kemudian menyalakan TV dan
memijit-mijit remote untuk berpindah saluran dari yang satu ke yang lain
sambil melamun.
Entah kenapa aku
merasa badanku kembali makin panas, bukan seperti panas karena demam
tapi panas seperti aku habis berolah raga karena nafasku juga memburu
dan jatungku berdebar dengan lebih kencang. Aku juga merasa putting
susuku semakin keras dan menjadi lebih sensitif bahkan terhadap BH yang
aku pakai. Demikian juga dengan vaginaku yang terasa lebih lembab
seperti keluar keringat dari sana. Hal yang seperti ini biasanya
kurasakan saat aku sedang dilanda gairah berahi kalau bercumbu dengan
tunanganku. Aku menjadi gelisah karena campur aduk antara rasa malu
sekaligus rasa frustasi karena berahiku tidak bisa tersalurkan.
Perubahan yang terjadi padaku
rupanya tak luput dari perhatian pak Yanto yang segera menghampiriku
sambil memegang tangan dan kepalaku.
“Rina, apakah kamu sakit ?” Tanyanya sambil mengusap-usap keringat yang ada di sekitar keningku.
“Ga tau Pa, tiba-tiba saja badan Rina jadi terasa panas” Jawabku dengan gelisah.
“Mungkin karena tadi makan steak
daging kambing, karena Rina memang jarang sekali makan daging kambing
sudah bertahun-tahun” Lanjutku semakin gelisah sambil membuka blazerku
dan sepatuku.
“Coba kamu baringkan dulu di tempat tidur…” Katanya sambil mencoba membantuku untuk bangun dari kursi.
Aku
coba bangun tetapi rasanya badanku lemah sekali hampir tidak ada tenaga
sehingga akhirnya terjatuh kembali ke kursi. Pak Yanto lalu mencoba
membantuku dengan cara melingkarkan tangan kiriku ke bahunya dan tangan
kanannya melingkari pinggangku sambil mengangkat badanku bangun. Dengan
disangga seperti itu aku berhasil bangun dari kursi, tapi kembali hampir
terjatuh saat mulai melangkah. Melihatku seperti itu pak Yanto lalu
menyuruhku memeluk lehernya supaya dia bisa mengangkat tubuhku untuk
dibopong ke ranjang.
Pada saat
dibopong aku merasakan sesuatu yang lain, badanku merasa lebih nyaman
dalam pelukan pak Yanto yang sedang membopongku. Karena itulah aku tidak
mau melepaskan pelukanku pada lehernya saat pak Yanto akan
membaringkanku di tempat tidur. Akibatnya pak Yanto malah ikut-ikutan
tertarik ke tempat tidur dan jatuh menindihku. Saat itu wajah kami
menjadi sangat berdekatan sehingga aku bisa merasakan hangatnya
nafasnya. Tanpa berpikir panjang lagi aku mencium bibir pak Yanto yang
kemudian membalas ciumanku dengan tak kalah hangatnya dan akhirnya kami
berciuman dengan mesra sambil berpelukan di atas ranjang.
Saat berciuman di atas ranjang,
mau tak mau tubuh pak Yanto yang menindihku bersentuhan langsung dengan
tubuhku. Hal ini rupanya mulai membuat beliau menjadi tidak “jinak”
lagi, tangan beliau mulai menyusuri tubuhku dan meremas atau
mengelus-elus apapun yang ditemuinya walaupun masih tertutup oleh
pakaian. Pinggulnya juga digerak-gerakkan supaya bisa bergesekan dengan
bagian bawah tubuhku.
Lama-kelamaan ciuman kami
semakin brutal … Kedua kakiku aku tekuk ke atas supaya bisa menjepit
pinggang beliau, akibatnya rok yang aku pakai tersibak dan tertarik ke
atas perutku membuat kedua paha sampai ke celana dalamku menjadi
terbuka. Tangan pak Yanto juga kini secara bergantian meremas-remas
payudaraku dari luar kemejaku atau mengelus-elus pahaku sampai ke
selangkangan. Dengan sengaja aku menggerak-gerakkan pinggulku agar
vaginaku yang mulai lembab dibalik celana dalamku bisa bergesekan dengan
penis pak Yanto yang kurasakan sudah mengeras di balik celana
panjangnya sejak dari mulai menindihku.
“Paaa… Rina ingin bercumbu
dengan Bapaaa …Rina ingin petting sampai puas dengan Bapaaa…” Tanpa
malu-malu aku meminta pak Yanto mencumbuku seperti yang biasa aku
katakan ketunanganku kalau aku ingin mengajaknya petting.
Pak Yanto kemudian mulai
melucuti bajuku terlebih dahulu tanpa perlawanan sama sekali sehingga
akhirnya aku tergolek telanjang bulat di ranjang bossku sendiri.
Bukannya merasa malu, malah sambil menunggu pak Yanto yang sedang
membuka bajunya, aku meremas-remas payudaraku dan mengelus-elus vaginaku
dengan tanganku sendiri sampai mengeluarkan suara desahan karena
rangsanganku sendiri.
“Ahhhhhh….ohhhhhh….ohhhhh….ohhhhh…”
Aku mendesah sendiri dengan mata setengah terpejam dan menaik-turunkan
pinggulku seirama dengan gerakan tanganku mengelus-elus vaginaku.
Tak
lama kemudian pak Yanto datang langsung menindihku dan menggumuliku
dalam keadaan sama-sama telanjang bulat. Penisnya yang sudah tegang
digesek-gesekkannya ke bibir vaginaku sedangkan bibirnya bukan hanya
menciumi bibirku saja tapi juga kuping, leher dan putting susuku.
“Ohhhhhh …bapaaaa…ohhhh
…..mpppphhhhhhhh…ahhhhh…..uhhhhh….” Tanpa henti-hentinya aku mendesah,
melenguh dan mengerang sambil memanggil-manggil bossku.
“Aduuhhhh
….sakit paa…uhhhhhh….ohhhhhhh…” Aku sedikit mengaduh saat kepala penis
pak Yanto mulai mendesak-desak ke dalam lubang senggamaku
“Ss..saya …ma..masih …pe..perawan paaa…. t..tolong …paa…” Rintihku memohon belas kasihnya.
Saat itu muncul rasa takutku
akan kehilangan keperawananku karena ternyata aku tidak punya nyali yang
cukup untuk menolak pak Yanto melakukan penetrasi. Tapi saat ini
jangankan “melawan” pak Yanto, aku sendiri masih kesulitan mengendalikan
gairah berahiku sendiri untuk berpikir jernih. Apalagi pak Yanto sangat
pintar dalam bercumbu sehingga dalam keadaan normalpun ada kemungkinan
besar aku tidak akan kuat juga menahan “gempurannya”.
“Aduuuuhhhhh….jangan dimasukin
paaaa….saya belum pernah….ohhhhhh…ohhhhhh” Kucoba kembali mengingatkan
beliau bahwa aku masih perawan.
Ketika itu sedikit kesadaranku
muncul, kulihat pak Yanto sedang berlutut di selangkanganku yang sudah
beliau kangkangkan lebar-lebar dengan kedua kakinya. Penisnya ditekan
keluar masuk liang senggamaku denga bantuan tangan kanannya. Sekilas aku
lihat di kepala penisnya sudah ada lumuran cairan merah segar walaupun
belum begitu banyak, apakah itu darah perawanku ?
“Adduuuduuuuuuhhhhhhhh….sakiiiiiiit
paaaaaa….auhhhhhhhh…paaaaa…..” Rasa sakit itu akhirnya mengalihkan
pikiranku karena kurasakan kepala penisnya pak Yanto sudah mulai
memasuki liang senggamaku lebih ke dalam bukan lagi di bibirnya saja
seperti sebelumnya.
Walaupun vaginaku sudah sangat
basah, tetapi akibat rasa sakit yang kualami menjadikan otot-otot
vaginaku berkontraksi sehingga liang senggamaku menjadi lebih kaku dan
sempit karena tegang. Melihat hal itu pak Yanto lalu membungkukkan
tubuhnya untuk memeluk dan menciumi aku dengan tetap menjaga posisi
penisnya pada kedalaman yang sudah dicapainya sekarang.
“Rina sayang …kasih saya jalan untuk masuk sayang …” bisik pak Yanto di telingaku sambil terus menciumi aku.
Dengan telaten pak Yanto terus
mencumbuku sambil mengelus-elus hampir seluruh tubuhku untuk meredakan
keteganganku sekaligus mengembalikan gairah berahiku.
“Ohhhhhh …..paaaa….Rina sayang bapaaa…..” Racauku saat aku mulai mengendurkan kontraksi otot vaginaku.
BLESSSSSSSSSSSSSSSSSSSSS ……….
Pak
Yanto tidak menyia-nyiakan “kesempatan” yang aku berikan dengan
langsung memasukkan seluruh batang penisnya ke dalam liang senggamaku
hingga sampai kepangkalnya dalam satu genjotan.
“AAAAAAAAAAAAAAHHHHHHHHHHHHHHHHHHH…………” Aku mengerang dengan keras antara sakit dan rasa nikmat yang luar biasa baru bagiku.
“Bapa jahat …Rina sakit sekali…” Aku merengek manja
Pak Yanto sama sekali tidak menghiraukan hal itu dan beliau mulai memompa penisnya keluar masuk di liang senggamaku.
“Ohhh…ohhh…ohhh…adduuuuuhhh….ohhh…ohhh…ohhh…ohhh…” Desahku menyambut pompaan penis pak Yanto.
Pak Yanto menggoyangkan
pinggulnya maju mundur dan kadang-kadang berputar dengan irama yang
berubah-ubah dari lambat menjadi cepat kembali ke lambat dan seterusnya.
Gelombang nikmat secara bergantian melandaku sehingga kadang-kadang aku
seperti kehilangan kesadaran dan tidak memikirkan hal lain selain
persetubuhan itu sendiri.
“Bapppaaaaa…oohhhh….enaaakkk…sekaliiii…paaaa….ahhhhh… terus…paaa…Rinaaa …sukaaa.. sekali ….aaahh” Aku kembali meracau nikmat.
CROK…..CROKK….CROK….CROKKK…..CROKK…..suara penis yang memompa di vagina yang sudah becek mulai terdengar dengan keras.
Payudaraku berguncang-guncang
dengan keras, tanganku mencakar-cakar punggung beliau sambil memalingkan
kepalaku ke kiri dan ke kanan bergantian karena nikmat yang luar biasa.
CROK…CROK …CROK …CROK …CROK ….CROK…CROK ….CROK
Genjotan penis pak Yanto semakin
cepat dan keras sedangkan vaginaku semakin becek. Kurasakan kasur dan
sprei di bawah pantatku sudah sangat basah oleh cairan yang aku
keluarkan.
“OOOOOooooohhhhhhhhhhh ….R…Ri..ina…su ..sud..dah mau …sampe …paaa” Kataku saat gelombang nikmat yang melandaku semakin besar.
“Euhhh…euhhh….euh…OOOOOOOOOOOOOOOOOHHHHHHHHH”
Badanku bergetar dengan keras saat mengalami orgasme pertamaku dari
penetrasi penis seorang pria.
“Ennngggggghhhhhhhhh …..” Aku mengerang pelan sambil menggigit-gigit jari telunjukku.
Untuk sejenak aku seperti orang
yang kehilangan kesadaran, pikiranku hanya terfokus untuk merasakan
kenikmatan luar biasa yang baru pertama kalinya kualami.
Aku mulai tersadar kembali saat
merasakan ciuman dan kecupan pak Yanto pada kuping, leher dan putting
susuku. Beliau tetap memompakan penisnya pada liang senggamaku dengan
irama yang teratur walaupun tidak secepat sebelumnya, untuk menjaga
gairah kami berdua.
“Euhhh……………euh……..euhhh…….euhhh” aku mulai mengeluarkan suara lenguhan lagi.
Pak Yanto menaikkan frekuensi pompaannya tetapi masih dengan kecepatan yang sama.
“Uuuuuhhhhhh….Uhhhhhh…Uhhhhhhh….Uhhhhhh” Lenguhanku makin keras dan panjang.
CROK…CROK …CROK …CROK …CROK ….CROK…CROK ….CROK… Vaginaku sudah becek lagi
“Bapaaaaaaaa…. Ohhh….ohhhh….ohhhh….ohhhhhh….enak sekali paaaaa….ohhhhhhh”
CROK…CROK …CROK …CROK …CROK ….CROK…CROK ….CROK
“AHHHHH……..AHHHHHHHHH……AHHHHHH……..Ohhhh….Ohhhhhhhh”
Aku hanya bisa melolong-lolong nikmat dengan semakin cepatnya pompaan penis beliau.
Pak Yanto merubah posisinya
menjadi berjongkok di depan selangkanganku dan menaikkan kedua kakiku ke
bahunya. Pompaan penisnya sekarang menjadi sangat panjang dan dalam
seolah-olah akan mengobrak-abrik rahimku.
“OOOOOOOOHHHH…….euhhhh……..OHHHHHHHHHH….OHHHHHHHHHHHH….”
Kembali hanya lolongan nikmat yang bisa kuperdengarkan.
“Aduhhh Bapaaaa…..Rina ini diapaiiinnnnn….nikmat sekaliiii …..ohhhh….ohhh….” Aku mulai meracau.
Kedua tanganku tidak bisa lagi
memeluk pak Yanto, sehingga akhirnya aku hanya bisa mencakar-cakar
seprei atau meremas-remas bantal penyangga kepalaku.
“AARRRRHHHKKKKKKK …… RINA SUDAH GA TAHAAAAN …..” Aku menjerit nikmat sekali lagi saat orgasme keduaku datang
“Se…se..bentar Rin…ss..ssa..ya juga sudah mau keluaaarrrr…” Kata pak Yanto dengan sedikit terbata-bata.
Kurasakan gerakan penisnya pak
Yanto sudah tidak teratur lagi dan lebih sering berlama-lama di dalam
setiap kali pompaan masuk. Penis beliau mulai berdenyut denyut dan
kurasakan tubuhnya mulai bergetar keras.
“AHHHHHHHHH …..saya kke …ke..keluarrrrrr” Pak Yanto berteriak tertahan
SROTTT….SROOOOOOOT….SRROOOOT…crot…crot…crot…
Kurasakan ada semprotan cairan hangat membanjiri ke dalam rahimku melengkapi kenikmatan orgasme kedua yang aku alami.
Mataku berputar hingga kelihatan
putihnya saja sambil mencoba menikmati sisa-sisa gelombang kenikmatan
yang pelan-pelan menyusut. Ketika pandanganku sudah pulih, kulihat pak
Yanto sedang menciumi payudaraku dan putting susunya. Melihatku sudah
“kembali” pak Yanto lalu mencium bibirku dengan lembut.
“Udah enakan sayang …” bisiknya
“Enaaak sekali pa…” Kataku dengan tersenyum malu .
Kami lalu berciuman dan
berpelukan sambil bergulingan di tempat tidur untuk melepaskan sisa-sisa
gairah dan birahi yang masih ada.
Setelah berahi kami mereda, pak
Yanto mengambil handuk yang sudah dibasahi dengan air hangat dari kamar
mandi Hotel. Dengan telaten beliau membersihkan noda-noda darah, cairan
vaginaku dan juga air mani beliau yang keluar lagi dari liang
senggamaku.
“Uhhhhhhhhh…..” Aku melenguh
pelan merasakan nikmatnya gesekan handuk hangat pada daerah vagina dan
selangkanganku yang dilakukan dengan penuh perhatian oleh pak Yanto.
Begitu beliau selesai
membersihkanku, aku ulurkan kedua tanganku ke arah beliau sebagai tanda
aku ingin dipeluknya. Pak Yanto kemudian menindihku lagi lalu kami
saling berciuman dan berpelukan seolah-olah tidak ingin saling
melepaskan yang lainnya. Tidak tahu berapa lama kami berciuman akhirnya
aku tertidur pulas karena kelelahan di dalam pelukannya.
Pelan-pelan aku membuka mataku
saat terbangun dari tidurku yang sangat lelap, kulihat langit di luar
jendela kamar hotel sudah berwarna kuning menandakan sudah menjelang
sore. Artinya aku tertidur hampir 3 sampai 4 jam sejak tadi siang di
mana saat yang masih kuingat dengan jelas adalah ketika kurasakan
badanku merasa panas lalu dibopong oleh pak Yanto ke tempat tidur.
Aku tersenyum sendiri saat
menyadari bahwa sekarang aku dan pak Yanto sedang tidur berpelukan dalam
keadaan sama-sama bertelanjang bulat. Akhirnya pak Yanto mau juga
mencumbuku, bukan hanya memeluk dan menciumku saja seperti beberapa hari
terakhir ini. Saat aku coba bangkit untuk ke kamar mandi, aku kaget
ketika merasakan ngilu pada vaginaku, bukan hanya di bagian luar tetapi
juga sampai ke dalam-dalamnya. Kadang-kadang memang vaginaku sering
ngilu sehabis petting dengan tunanganku, tetapi hanya bagian luarnya
saja karena kami memang tidak sampai penetasi,
Tiba-tiba perasaanku menjadi tidak enak, berapa jauh tadi aku dan pak Yanto bercumbu ?
Aku memang berharap bisa
bercumbu dengan pak Yanto, tapi hanya sejauh melakukan petting seperti
halnya aku dengan tunanganku. Aku masih takut dan merasa belum siap
untuk melakukan hubungan badan dengan siapapun. Dalam kebingungan aku
coba mencari pakaianku, tapi aku tidak menemukannya kecuali blazerku
yang tergantung di kursi. Malah aku melihat ada handuk putih dari hotel
yang bernoda merah-merah seperti darah.
Aku coba kembali melihat ke
sekelilingku, kulihat ada noda-noda merah yang sudah mengering di sprei
tempat tidur serta bercak-bercak cairan lainnya yang berwarna putih dan
yang berwarna kekuningan, keduanya juga sudah mengering. Tapi kalau aku
pegang, sprei dan kasur di bagian itu masih terasa lembab dan baunya
seperti campuran bau kemaluanku ditambah air mani laki-laki. Akhirnya
aku bisa memastikan bahwa aku dan pak Yanto sudah berhubungan badan,
bukan hanya melakuan petting seperti yang tadinya kuharapkan.
Perlahan-lahan
bagian demi bagian dari ingatanku mulai pulih, aku mulai bisa mengingat
bagaimana awal proses terjadinya persetubuhan kami sampai aku bisa juga
mengingat rasanya kenikmatan yang aku reguk bersama pak Yanto.
Sepanjang ingatanku yang mulai pulih itu, tidak ada satupun paksaan yang
dilakukan pak Yanto kepadaku, malah aku yang memancing pak Yanto
melakukanya karena aku saat itu sangat menginginkannya.
Betulkah aku menginginkannya ?
Aku
memang diam-diam menyimpan rasa kagum yang sangat besar kepada pak
Yanto dan bisa dikatakan menyayanginya bukan sekedar sebagai bossku
saja. Sehingga kebersamaan dengan beliau beberapa hari ini menjadi hari
yang terindah bagiku karena bisa bersama-sama seperti sepasang kekasih.
Bukan hanya berpengangan tangan saja, tapi dari tiga hari pertemuan kami
sudah saling bertaut bibir, tapi walaupun begitu pak Yanto sama sekali
tidak terlihat kesan ingin meniduriku. Selama kami berciumanpun, beliau
tidak pernah meraba-raba atau meremas-remas bagian tubuhku yang lain
selain memelukku saja.
Mengingat semua yang sudah
terjadi aku mulai menangis karena merasa sangat sedih dan takut akan
menghancurkan rencana hidupku sendiri ke depan. Aku menangis
tersedu-sedu sambil meringkuk dengan badan telanjang bulat di ranjang
sambil membelakangi pak Yanto yang masih tertidur.
“Riin, Rina … kenapa kamu sayang
?” Tiba-tiba kudengar suara pak Yanto bertanya dibelakangku, rupanya
beliau terbangun karena mendengar tangisanku.
Aku merasakan tangannya
mengelus-elus rambutku dan mengusap air mata yang membasahi pipiku,
perhatian beliau membuatku semakin sedih sehingga tangisanku semakin
menjadi-jadi. Akhirnya pak Yanto menarik tubuh telanjangku ke arahnya
untuk kemudian dipeluknya dengan penuh kasih sayang. Kepalaku dibuatnya
bersandar dengan nyaman di dadanya yang bidang sedangkan tubuhku
dirapatkannya ke tubuhnya sehingga aku merasa lebih hangat dan nyaman.
Tanganya dengan lembut mengelus-elus rambut dan punggungku sambil
sesekali mengecup ubun-ubunku. Dalam kehangatan pelukan beliau,
perlahan-lahan aku mulai bisa mengendalikan kesedihanku dan mencoba
untuk berpikir lebih jernih tentang kejadian yang menimpaku ini.
Meskipun aku merasa sangat
terpukul karena ternyata aku telah berhubungan badan dengan pak Yanto di
luar kendaliku, tapi aku memang ingat melakukannya secara sukarela
sehingga tidak bisa aku marah kepada beliau. Satu-satunya orang yang
harus aku marahi adalah diriku sendiri yang telah membiarkan diriku
berada dalam situasi yang memungkinkan semua ini terjadi. Sekarang yang
harus aku lakukan adalah bagaimana caranya supaya kejadian hari ini
tidak merusak rencana hidupku. Satu-satunya orang yang bisa aku ajak
bicara tentang hal ini tentu saja hanya pak Yanto karena aku sendiri
sama sekali tidak ingin ada orang lain yang tahu.
“Rina… saya minta maaf kalau sudah membuat kamu sedih dengan apa yang telah kita lakukan tadi” Bisik pak Yanto di telingaku.
“Rina juga salah Pa … Karena Rina yang memberi isyarat duluan ingin dicumbu oleh Bapa” Jawabku dengan masih terisak-isak.
“Rina udah merelakan kok
keperawanan Rina diambil oleh Bapa …. Yang membuat Rina sedih adalah
apakah hidup Rina ke depannya masih tetap akan sama sesuai dengan yang
Rina rencanakan ?” Lanjutku.
Beliau kemudian bertanya apa
saja yang dimaksud dengan rencanaku ke depan itu ? Aku bilang yang
paling berhubungan langsung dengan kejadian hari ini adalah rencana
perkawinanku dengan tunanganku tahun depan. Beliau kemudian bertanya
bagaimana cara pacaran kami, dengan malu-malu aku katakan bahwa kami
sudah melakukan semuanya kecuali penetrasi dengan frekuensi yang cukup
sering. Tunanganku juga suka memperlihatkan video-video porno orang
bersetubuh dengan berbagai posisi untuk memancing berahiku dan minatku
untuk bersetubuh.
Dari situ beliau mengerti kenapa
aku tadi begitu agresif padahal masih perawan dan menyarankan kepadaku
untuk tetap tidak mengijinkan tunanganku melakukan penetrasi sampai
menikah kelak. Beliau menyarankan hal ini karena orang yang sudah pernah
berhubungan badan, cenderung lebih mudah di ajak berhubungan badan lagi
saat gairah berahinya sedang meningkat karena sudah punya pengalaman
bagaimana menuntaskannya. Di lain pihak beberapa laki-laki malah suka
jadi curiga kalau asalnya menolak dengan gigih tiba-tiba menjadi mudah
memberikan. Mengenai robeknya selaput daraku, beliau menawarkan untuk
membiayai operasi atau membelikan implant selaput dara buatan (synthetic
hymen) buatan jepang atau china.
Menurut
pendapat beliau, rencanaku akan tetap bisa berjalan dengan syarat yang
sederhana saja yaitu: jangan ada yang sampai tahu kejadian ini,
khususnya tunanganku dan sikapku juga jangan sampai berubah terlalu
drastis karena kejadian ini.
Obrolan dengan beliau serasa
menjadi air dingin yang menyejukkan hatiku sehingga tiba-tiba rasa
sedih, takut dan gelisah yang tadi dengan hebat melandaku seperti hilang
tanpa bekas. Aku sekarang bisa melanjutkan ngobrol dengan bossku sama
cerianya dengan sebelumnya , hanya perbedaannya adalah sekarang kami
mengobrol di atas ranjang dalam keadaan telanjang bulat dengan badan
yang menempel satu sama lain. Begitu seringnya aku melakukan petting
membuatku tidak canggung lagi telanjang bulat di depan bossku ini.
“Tapi kalau Rina lagi sangat pengen untuk begituan, bagaimana doong ?” Tanyaku manja.
“Ya tahan dong … jangan sampai jebol” Jawab pak Yanto sambil tertawa
“Iiiihhh … Bapa mulai ketauan mau buang badan dan ga bertanggung jawab !” Balasku dengan muka merengut manja.
“Ya udah … ini karyawan bukannya
melayani boss, tapi malah minta dilayani bossnya sampe ke ranjang”
Lanjutnya “Rina mau kasih isyarat apa kalo lagi pengen ? Soalnya kita
hanya bisa melakukannya di jam Kantor karena setiap sore kamu dijemput
tunangannya kan ?”
Akhirnya obrolan kami
dilanjutkan dengan gurauan mengenai cara-cara memberi isyarat satu sama
lain kalau masing-masing sedang ingin bersetubuh. Pak Yanto juga bilang
bahwa dia sangat menyukai bentuk payudaraku dan bentuk daging vagina
luarku (labia mayora) yang tebal sehingga dia tidak bisa menahan diri
untuk selalu melototinya setiap ada kesempatan. Sekarang beliau sangat
senang karena bisa menikmati payudaraku dan vaginaku secara langsung,
bukan hanya dilihat dari luar saja.
Obrolan tentang “rencana
bersetubuh” ini membuat gairah kami mulai bangkit kembali sehingga
obrolan kami berganti dengan berciuman sambil berpelukan. Aku harus akui
bahwa teknik berciuman pak Yanto sangat mudah membangkitkan gairah
wanita manapun termasuk aku. Hanya dengan berciuman beberapa menit saja,
aku mulai merasakan kemaluanku mulai lembab dan putting susuku mengeras
sebagai pertanda berahiku sudah datang kembali.
Kali ini aku coba memegang
kendali dengan menindih pak Yanto terlebih dahulu sebelum beliau
menyadarinya. Ciuman demi ciuman aku lakukan kepada beliau sambil
menggesek-gesekkan kemaluanku dengan kemaluannya pak Yanto yang masih
belum mengeras. Tiba-tiba pak Yanto mengangkat tubuhku sehingga wajahnya
menjadi lebih dekat dengan dadaku.
“Aaaahhhhhh ….” Aku hanya
sanggup mendesah saat kedua payudaraku di remas-remas dengan kedua
tanganya sedangkan putting susuku bergantian dihisapnya.
“Rina… kita enam-sembilanan yu ? Biar penis saya bisa cepat bangun …” Ajak pak Yanto kepadaku
Aku hanya mengangguk dan
tersenyum sambil tetap memberi isyarat tetap ingin berada di atas
beliau. Tanpa menunggu tanggapan beliau aku kemudian memutar tubuhku dan
menyodorkan kemaluanku sedekat mungkin dengan wajahnya. Dengan lahap
aku mulai memasukkan penisnya yang masih lunak ke dalam mulutku. Layanan
pertama adalah dengan menyedot-nyedot penis tersebut selama di dalam
mulutku, setelah mulai mengerasa aku mulai mengocoknya dalam rongga
mulutku.
Setelah mengeras, ternyata penis
pak Yanto menjadi sangat lebar sehingga dalam sekejap rongga mulutku
seperti dipenuhi oleh penis beliau sampai aku sempat terbatuk-batuk
karenanya. Akhirnya aku harus bergantian menjilatinya dengan mengemutnya
karena kalau diemut terus, aku hampir tidak bisa bernafas. Belum lagi
karena “serangan” bossku di vaginaku dan serangan tambahan di seputar
payudaraku yang memaksaku untuk sering menjerit-jerit nikmat karenanya.
Penis pak Yanto kurasakan sudah
cukup keras dalam mulutku, demikian juga vaginaku sudah basah dan cukup
merekah untuk mulai bersetubuh. Aku kembali memutar badanku sambil tetap
memegang penis beliau dengan tangan kananku. Pelan-pelan aku turunkan
selangkanganku ke arah penis dalam tanganku.
BLESSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSS …………..
“UUUUUUUHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH
……...” Aku melenguh keras saat merasakan senti demi senti masuknya penis
pak Yanto ke dalam liang senggamaku.
Setelah seluruh batang penis
beliau masuk ke dalam liang senggamaku hingga ke pangkalnya, aku tidak
langsung bergerak tapi mencoba menikmati penetrasi ini sambil belajar
mengenali penis pak Yanto sebagai pengunjung pertama ke dalam rahimku.
Lebarnya penis beliau membuatku harus mengangkangkan selangkanganku
lebar-lebar agar proses masuknya tidak terjepit oleh otot vaginaku, aku
juga merasakan seolah-olah liang senggamaku disumpal sampai sesak oleh
segumpal daging hangat.
“Ohhhh
…hmmmmmm…..ohhhhh….ohhhh….hmmmmm” Aku menggeliat nikmat merasakan
kehangatan penis pak Yanto di dalam organ paling pribadiku itu.
Setelah aku anggap cukup
menikmati penis beliau dalam keadaan diam, aku mulai menggerakkan
selangkanganku naik dan turun dengan perlahan sehingga seluruh dinding
liangku bergesekan dengan kulit batang dan kepala penisnya dari atas ke
bawah.
“Aduuuhhhhh…
ahhh……ohhhhh…ooohhhhh” Aku sangat menikmati gesekan batang penis beliau
dengan dinding liang senggamaku dalam gerakan perlahan ini.
Penis pak Yanto dipenuhi oleh
urat-urat pembuluh darah yang menonjol dan keras saat berereksi, bentuk
urat ini mirip akar pohon beringin yang menjalar ke mana-mana
mengelilingi seluruh batang penis seperti ulir. Gesekan batang penis
berulir ini menghasilkan sensasi nikmat yang tidak bisa diperkirakan
karena adanya tekanan yang berbeda-beda.
Semakin lama semakin kupercepat gerakan naik dan turunku sampai sekuat yang aku mampu.
“Heehhhh….heehhh….Ohhhhh…..
heehhhh…ohhhhh….heehhhh…Oohhhh…ohhhh…Hehhhh…” Dengusan nafasku yang
memburu karena gerakan naik turunku terdengar bersusulan dengan
erangan-erangan nikmatku yang tak kalah kerasnya.
Payudaraku yang cukup besar
menjadi bergoyang-goyang dengan kencang disebabkan oleh guncangan dari
aktivitas naik-turunku. Pak Yanto kemudian membantuku dengan menahan
payudaraku agar tidak terlalu bergoyang dengan ditambahnya sedikit
remasan-remasan.
“Heehhh…hehhh…hehh…Ohhhh…ohhhh..hehhh…Ohhhh.ohhhh …ohhh…hehhh...hehhhh…” Aku menjadi semakin bersemangat.
Keringatku mulai bercucuran dan
pelan-pelan tenagaku mulai terkuras oleh aktivitasku sendiri tetapi rasa
cape segera tergantikan dengan kenikmatan yang begitu besarnya. Secara
bertahap aku mulai mengurangi kecepatan naik-turunku dan mengantikannya
dengan gerakan naik yang perlahan yang dilanjutkan dengan bantingan
turunnya selangkanganku yang cepat sehingga aku seperti menancapkan
pasak ke jantungku sendiri. Sesampainya di bawah, pinggulku tidak segera
aku naikkan lagi tetapi melakukan gerakan-gerakan berputar yang
mengakibatkan kepala penis pak Yanto seolah-olah ingin melobangi
rahimku.
“Ooooohhhhhhhh……….Paaaaaa……Enak
sekali……..Oohhhhhhh…Ooooooooooooohhhhh” Pilihan gerakan ini membuatku
melolong-lolong dengan keras saking nikmatnya.
Pak Yanto kembali membantuku
dengan mengangkat pinggulnya saat aku menurunkan selangkanganku atau
memutar pinggulnya berlawanan dengan arah putaran pinggulku yang melipat
gandakan kenikmatanku.
Gelombang orgasmeku akhirnya datang dengan bergulung-gulung tak tertahankan lagi membuatku sama sekali tidak mampu bergerak.
“OOOOOOOOOHHHHHHHHHHHHHHHH…..RINAAAA….UDAAAHH DAPET…OOOOHHHHHH” Aku hanya bisa melolong lagi dalam kenikmatan.
Kedua kakiku mulai menjadi
gemetar dengan kerasnya sehingga tidak mampu lagi menahan berat tubuhku
sendiri yang sedang berjongkok mengankangi selangkangan pak Yanto.
Akhirnya badanku rubuh menindih beliau yang langsung menghujaniku dengan
ciuman-ciuman mesranya dan pelukan yang hangat.
“Aduuuhh bapaa… enak sekali….tapi capenya itu minta ampun..” Kataku manja
“Makanya jangan sering-sering main di atas sayang…” Balas pak Yanto sambil menyeka keringat yang bercucuran di keningku.
Beliau
lalu bilang bahwa dia belum dapet orgasmenya atau ejakulasi, tapi dia
akan menunggu sampai aku sudah pulih staminanya. Sambil menunggu “babak
kedua”, pak Yanto lalu bangkit dari posisi berbaringnya menjadi posisi
duduk sedangkan aku tetap berada dipangkuannya tanpa memisahkan penis
dari vaginaku. Dengan demikian sekarang posisi kami menjadi saling
berhadapan satu dengan lainnya.
Dalam posisi yang baru kami
kembali berciuman dan berpelukan, bukan hanya bibirku saja yang di sasar
tapi juga kuping, leher dan putting susuku. Aku terpaksa
menggeliat-geliat nikmat dalam pangkuannya karena merasa geli dengan
“aneka serangan” yang dilakukan oleh beliau.
“Ouchhhhh… shhhh….geli
bapaaa…ohhhh…mmppphhhhhh…ohhhhh….ahhhhhh…shhhhh” Aku benar-benar sangat
menikmati cumbuan beliau saat itu.
Ciuman, belaian, remasan dan pelukan yang kami lakukan akhirnya mulai menaikkan kembali gairah dan staminaku.
“Ohhhh…Rina sudah ga tahan paaa….setubuhi lagi Rina ….paa…ohhhh……” Aku merintih-rintih meminta segera disetubuhi lagi.
Pak Yanto kemudian mengajakku
untuk mencoba doggy style, aku dimintanya untuk berbalik dan menungging
ke arahnya. Dengan dibantu pak Yanto aku mencoba bangkit dari
pangkuannya.
“Ahhhhhh…..” Desahku saat penis beliau terserabut dari liang senggamaku dan aku lihat penisnya masih berdiri dengan kerasnya.
Aku segera berbalik dan
merangkak membelakangi pak Yanto yang sekarang dalam posisi berlutut
sambil mengocok-ngocok penisnya. Beliau kemudian meraih pinggulku agar
lebih dekat dengan badannya dan mengarahkan penisnya langsung ke dalam
liang senggamaku yang sudah merekah ranum.
BLESSSSSSSSSSSSSSS……………
“UHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH……Bapaaaaa…..” Aku mengerang nikmat
Kurasakan penis pak Yanto mulai
bergerak maju mundur di dalam liang senggamaku, beliau tidak hanya
menggerakkan pinggulnya untuk memompakan penisnya tetapi juga menarik
dan mendorong badanku yang melalui pinggulku yang dipegangnya. Akibatnya
badanku ikut bergerak maju-mundur juga dan payudaraku menjadi
berayun-ayun seperti buah pepaya yang akan jatuh dari pohonnya.
“Enaaaak paaaa…. Aduhhhhhh…..enak…..ohhhhhhhh”
PLEK…PLEK….PLEKKK…PLEK… kudengar bunyi pantatku yang beradu dengan kulit paha dan selangkangan pak Yanto.
“Ohhhhh…Ohhhhhh…ohhhhh….ohhhhh…..paaaa….bapaaaa…ohhhh…”
Kedua pangkal pahaku mulai basah
oleh cairan yang keluar dari vaginaku dan pelan-pelan mulai mengalir ke
bawah. Tangan dan kakiku mulai tidak kuat menyangga tubuhku dari
tekanan pompaan penisnya, sehingga akhirnya aku terjerembab ke depan
menjadi setengah tengkurap. Pak Yanto sepertinya tidak peduli, beliau
hanya menarik sedikit pantatku agar posisinya sedikit nungging ke atas
dan terus memompakan penisnya tanpa henti.
“Bapaaa ….ampunnn….ohhhh…ohhhh…ohhhh….” Aku merintih nikmat dan mulai kewalahan dengan gencarnya pompaan penis pak Yanto.
“Euhhh…. Euhhh… Euhhh… Euhhh… Euhhh… Euhhh…”
Pompaan penis pak Yanto mulai
tidak teratur, sedangkan penisnya mulai terasa berdenyut,mungkin
sebentar lagi beliau akan ejakulasi.
“BAPAAAAAA…. OHHHHH….. PAAAAAA…
ARKKKHHHHHHHH…RINAA..D..DAPET DULUAAAAN….HHHHH” Denyutan penis pak Yanto
justru membuat aku mendapatkan orgasmeku duluan.
“Rina …s..ss..sa…saya juga …akan .. keluarr….AHHHHHH….” Beliau juga berejakulasi pada saat bersamaan dengan orgasmeku.
SRROOOOT ….SROOOOOT ….. SROOOOT…srot…srrrt…srtt
Serentetan
semburan air mani kurasakan membasahi rahimku, meresap ke dalam tubuhku
meninggalkan kenikmatan tak terhingga. Saat aku sedang melayang-layang,
pak Yanto mencabut penisnya dan membalik tubuhku sampai terlentang lalu
memasukkan kembali penisnya ke dalam liang senggamaku.
Belakangan aku tahu bahwa pak
Yanto sangat menyukai romantic chit-chat after coitus, yaitu obrolan
romantis sehabis bersetubuh dengan kondisi penis yang belum dicabut. Aku
juga akhirnya bisa ikut menikmatinya dan hal inilah yang selalu
membuatku kangen kepada beliau untuk mengajaknya bersetubuh lagi
walaupun aku sudah menikah.
Kami kemudian berpelukan dan
berciuman dengan berlumur keringat masing-masing. Pak Yanto menanyakan
jadwal menstruasiku dan seberapa teratur jaraknya. Aku bilang bahwa
minggu depan paling telat hari kamis adalah jadwal menstruasiku yang
biasanya berjarak 28 – 30 hari dari yang satu ke berikutnya. Beliau
terlihat lega mendengar jawabanku, sehingga aku dengan keheranan
bertanya balik kenapa beliau seperti itu. Sambil tersenyum beliau
menjelaskan bahwa dia tidak perlu memberikan aku pil anti hamil karena
aku sedang tidak subur walaupun berkali-kali disirami benihnya di
rahimku.
Beliau juga mengajak aku
untuk menginap dengannya sampai akhir hari minggu atau tiga malam lagi
padahal tugasku hanya tinggal satu malam saja. Tentu saja aku dengan
antusias menerimanya, walaupun aku harus memikirkan alasan yang aku
pakai kepada tunanganku yang tentunya harus puasa petting denganku
seminggu penuh.
Malam itu juga aku diminta
check-out dari dan pindah ke hotel beliau, beliau juga mengajakku
belanja baju-baju baru karena akan ada 3 hari 2 malam tambahan. Beliau
juga memilihkan aku lingerie yang bisa menonjolkan payudaraku dan
gundukan daging vaginaku.
Saat mengantarku untuk chek-out
dan mengambil barang-barangku yang ada di hotel, beliau mengajakku
bersetubuh lagi di kamar hotelku. Tapi aku dengan halus menolaknya
karena vaginaku benar-benar masih ngilu oleh dua kali persetubuhan siang
dan sore tadi. Aku menawarkan oral seks sebagai gantinya dan beliau
menyetujuinya dengan syarat aku harus menelan seluruh air mani beliau.
Malam-malam
berikutnya merupakan hari yang penuh kenikmatan dan keringat, setiap
persetubuhan dengan beliau merupakan petualangan baru untukku. Pak Yanto
benar-benar sangat pandai menaklukan wanita tepat di hatinya, terlepas
dari kenyataan bahwa beliau menyelingkuhi istrinya. Walaupun beliau
tidak pernah mau membicarakan tentang komitmen hubungan yang lebih
serius, tapi aku dan mungkin juga wanita-wanita pak Yanto lainnya tidak
berani menuntut lebih karena justru takut kehilangan beliau.
Hubunganku dengan pak Yanto
terus berlanjut waktu kembali ke kantor dan aku diberi tahu bahwa aku
bukan satu-satunya karyawan yang beliau tiduri. “Jatahku” kebanyakan
adalah di jam kantor bergiliran dengan sekretaris beliau, sedangkan sex
after office hour merupakan “jatah” Manajer dan General Manajer yang
juga atasanku. Walaupun diperlakukan demikian, entah kenapa kami bisa
menerimanya , mungkin karena kami tetap bisa meneruskan sisi kehidupan
kami yang lainnya dengan lebih tenang.
Setelah menikah, aku berniat
meminta jatah untuk di hamili beliau seperti yang juga diminta oleh
teman-teman wanitanya yang lain yang sudah punya suami. Aku mengetahui
hal ini karena tanpa sengaja pernah melihat album pribadi beliau di
laptopnya yang berisi folder yang diberi nama karyawan-karyawan
wanitanya termasuk aku dan beberapa wanita lain yang tidak aku kenal.
Folder itu berisi foto-foto momen pribadi pak Yanto masing-masing orang
tapi khusus pada folder karyawan wanita yang sudah menikah juga berisi
foto-foto anaknya yang diperoleh setelah jadi karyawan di kantorku.
Tapi
rupanya aku tak perlu menunggu lama-lama, benih yang beliau sebar di
rahimku pada waktu “latihan malam pertama” ada yang berhasil membuahi
telurku. Hal ini mungkin terjadi karena hari-hari kami melakukan latihan
justru pada saat periode suburku, sedangkan suamiku menyetubuhiku
justru pada masa tidak suburku. Bahkan aku sudah tidak sempat mengalami
menstruasi lagi setelah menikah dan dinyatakan hamil satu bulan setelah
hari pernikahan kami dengan benih dari bossku sendiri.
TAMAT
0 comments:
Posting Komentar
Jangan lupa komennya ya demi membangun blog ini agar menjadi lebih baik dari sekarang saran anda sangat berarti untuk perkembangan blog ini :)