Oh, terus terang saja, meskipun aku secara
naluri sudah bangkit birahi, tetapi tak pernah kubayangkan bahwa aku
akan melangkah sejauh ini dalam bidang seksual apalagi di usiaku yang
belum sampai sepuluh tahun itu. Aku agak ragu juga melepaskan mainan
yang begitu nikmat di payudara Tante Murni, tetapi perintah Tante Murni
membuatku merubah posisi badanku dan dengan ragu-ragu kudekatkan wajahku
ke bukit cembung yang ada bulu keritingnya itu. Merasakan keraguanku,
Tante Murni tanpa basa basi langsung menekan kepalaku sehingga bibir dan
hidungku menempel di bulu-bulu keriting yang halus itu. Karena tadi aku
disuruh menggigiti payudara, maka kali ini akupun juga mulai menggigiti
bukit cembung itu. Namun kudengar Tante Murni berteriak lirih, "Jangan
keras keras gigitnya Mas, sakit!". Ketidaktahuanku benar-benar konyol,
aku kira bukit cembung itu sama seperti payudara, tetapi karena
bidangnya kecil, tanganku tak mungkin untuk meremasnya, sebagai sasaran
lain aku jadi meremas paha Tante Murni serta juga pantatnya. Ketika
Tante Murni membisiki agar ciumanku lebih turun lagi ke depan, aku agak
bingung juga.
Nah ketika aku maju ke depan barulah aku melihat
celah sempit yang berbentuk bibir dan saat itu sudah basah. Warnanya
sungguh menarik merah muda dan bibirnya seperti berlipat lipat. Seperti
biasa aku menciumi bagian ini dengan penuh semangat. "Jilat saja Mas,
nikmat lho!", bisikan Tante Murni membuatku merubah lagi permainanku.
Entah kenapa di tengah asyiknya aku menjilati celah basah yang asin dan
agak amis itu, Tante Murni mengerang dan menjambak rambutku sambil
menjepitnya dengan kedua pahanya. Aku tak bisa bernafas dan aku segera
berontak melepaskan diri.
Tante Murni melepaskan dasternya yang
tadi masih bergulung di atas dadanya sehingga dia sekarang jadi
telanjang bulat. Dengan suara serak disuruhnya aku berbaring telentang,
dengan telanjang bulat Tante Murni memegang burungku yang masih tegang
itu, karena waktu itu aku belum dikhitan, tanteku menceletkan kulup
penisku yang terasa sangat geli bagiku kemudian dengan tiba-tiba Tante
Murni mengangkangi burungku dia menurunkan pantatnya, dan dituntunnya
burungku memasuki celah sempit yang tadi aku jilati itu. Dilakukannya
semua ini dengan pelan-pelan sampai akhirnya aku merasakan kehangatan
jepitan kemaluan tanteku yang ternyata telah sangat basah. Aku tak
mengerti apa yang dilakukan tanteku ini, tetapi terasa geli, ngilu di
sekitar kemaluanku, juga ada rasa perih. Tanteku hanya diam saja setelah
menelan burungku, dia malah mendekatkan dadanya ke wajahku sehingga aku
mulai lagi menyedot puting susunya itu. Tanteku kembali mendesis-desis,
dan terasa dia memutar-mutar pantatnya membuat burungku seperti
dikocok-kocok oleh tangan tanteku yang lembut itu, nikmat sekali.
Tanteku
terus saja menggoyangkan pantatnya ke kanan-kiri, putar sehingga ada
rasa yang lebih nikmat di sekitar kemaluanku. Rasa geli yang ditimbulkan
membuat aku makin ganas menciumi bahkan juga menggigit daging montok
yang bergantung di depanku itu. Ketika Tante Murni mengangkat pantatnya,
aku merasa kalau batang burungku yang sekarang penuh lendir dari dalam
celah Tante Murni itu menjadi gatal dan geli, ternyata rasanya jauh
lebih menyenangkan daripada diremas dengan tangan Tante Murni, apalagi
dengan tanganku sendiri.
Tidak lama aku merasakan ada lendir yang
meleleh di pangkal burungku, yang berasal dari lubang Tante Murni itu.
Ketika kutanyakan apakah Tante Murni pipis, dia tak menjawab, melainkan
memejamkan matanya serta mendesis dengan keras sekali. Pantatnya ditekan
keras-keras ke tubuhku sehingga terasa pangkal kemaluanku menyentuh
bibir vaginanya yang hangat. Kurasakan tubuhnya menegang dan
berdenyut-denyut pada bagian kemaluannya, membuat burung kecilku seperti
diurut dan dipilin oleh tangan yang lembut. Oh.., sungguh kurasakan
nikmat yang sungguh luar biasa. Bayangkan..., aku yang baru SD kelas 3
telah merasakan tubuh tanteku yang notabene beberapa tahun lebih tua,
yang mungkin maniak seks (terakhir kutemukan koleksi gambar gambar porno
di balik tumpukan pakaiannya. Jujur saja Mbak, akupun tak tahu apakah
sebelum itu tanteku sudah pernah berhubungan seks, tetapi kukira dia
sudah pernah melakukannya, mungkin dengan temannya ketika di K.
Mbak
pengalaman ini sangat membekas di hatiku, setelah kejadian itu setiap
ada kesempatan aku selalu melakukan hal itu bersama tanteku, bahkan pada
suatu saat Mbak Suli diajak melakukan bersama kami bertiga (nanti lain
waktu aku cerita lagi tentang hal ini).
Kalau dulu kami masih
berpura-pura, maka sekarang kami sudah pintar saling merangsang, dan
yang paling kunikmati adalah saat spermaku memancar keluar, itulah
puncak dari segala kenikmatan, geli, dan nikmat bercampur menjadi satu.
Kami sama sama menyukai permainan ini sehingga sering dalam satu hari
kami melakukannya tiga empat kali, sering juga tanteku pindah ke kamarku
malam-malam dan kami melakukan hubungan seks ini dengan pintu terkunci.
Tante Murni juga senang mengulum burungku, bahkan seringkali juga aku
muncrat di dalam mulutnya. Semua kegiatan ini kulakukan kira-kira sampai
kurang lebih 2 tahun sampai akhirnya tanteku pulang ke K. dan
selanjutnya menikah di sana.
Mbak Yuri, disaat aku sudah
berkeluarga keinginan untuk mengulang persetubuhan avonturir dengan
tanteku sering muncul, yang aku bayangkan hanya betapa sekarang aku akan
lebih pintar membuat tanteku merasa nikmat, dan akupun pasti juga akan
lebih menghayati dalam merasakan kelembutan tanteku itu. Semua
keinginanku itu baru dapat terulang 15 tahun kemudian, ketika adikku
yang paling kecil menikah di K.
Malam itu setelah acara resepsi
pernikahan selesai kami kembali ke rumah kira-kira pukul 1 pagi, dan
karena banyak saudara yang datang maka kami juga menyewa beberapa kamar
hotel melati yang letaknya tidak jauh dari rumah (kira kira 200 meter),
kebetulan waktu itu aku satu rombongan dengan Tante Murni bersama dua
orang anaknya (10 thn dan 7 thn), suaminya tidak ikut, karena ada tugas
kantornya yang tak bisa ditinggalkan. Tanteku tidur di ranjang bersama
kedua anaknya, aku tidur di lantai dengan kasur extra. Mungkin karena
terlalu lelah kedua anaknya langsung tertidur tak lama setelah lampu
kamar dipadamkan.
Walaupun lelah aku tak bisa memejamkan mata,
karena mengingat-ingat kejadian beberapa belas tahun lalu bersama tante
yang sekarang sedang terbaring di atas tempat tidur. Ternyata hal ini
juga dialami oleh tante, aku merasakan ia gelisah bolak balik.
"Nggak bisa tidur Mas?".
"Iya nich, sumuk".
Sambil
melongok tante tersenyum kepada yang ada dibawahnya. Sambil turun dari
ranjang dia bilang, "Eh boleh nggak aku tidur di sini?, sumuk di atas,
di sinikan anyep".
Aku menggeser ke tepi memberi tempat untuk
tante. Jantung ini serasa berpacu cepat ketika tubuh tante yang hangat
menempel ke sisi tubuhku. Aku merasa 'adikku' sudah mulai bereaksi
walaupun belum tegak benar (aku waktu itu hanya mengenakan kaos oblong
dan sarung saja, tidak mengenakan CD). Aku semakin tidak tahan ketika
tanteku memiringkan tubuhnya ke arahku sehingga sekarang dadanya
menempel pada lenganku. Semakin nggak karuan nich rasanya. ternyata
tante tidak mengenakan BH, hanya daster terusan saja, yach payudaranya
cukuplah, kira-kira 34B tapi terasa sudah sangat kencang di lenganku.
Aku semakin berani, kuraih pinggang tante dan aku rapatkan pada tubuhku.
Tiba-tiba, tidak tahu siapa yang mulai kami telah saling berpagutan.
Lidah tanteku dengan lincah menyelinap ke dalam mulutku yang segera
kubelit dengan lidahku sendiri.
Mbak Yuri, selama itu aku hanya
pernah berhubungan seks dengan isteriku sendiri, dan selama itu juga
trauma hubungan seksku dengan Tante Murni membuat aku selalu beranggapan
bahwa Tante Murni "lebih nikmat" dari isteriku. Bagiku inilah saatnya
untuk membuktikan kebenaran memori masa lalu itu.
Tangan Tante
Murni mulai meraba dadaku terus ke bawah sampai di selangkanganku dan
menemukan 'adikku' yang sudah mengacung keras. Perlahan tangan Tante
Murni mulai membelai-belai, mengocok-ngocok. Aku tak mau ketinggalan
dengan ganas merogoh ke arah selangkangannya sambil mulut ini tak henti
hentinya bergantian menghisap puting yang telah menegang. Clitoris Tante
Murni kubelai dengan sedikit kasar membuatnya mengelinjang tidak
keruan. Ketika aku bermaksud akan menggunakan lidah untuk membuat
sensasi yang lain, tanteku mencegahnya, "Jangan Mas, tante nggak tahan
gelinya", katanya. Aku mengurungkan niatku dan dengan pandangan matanya
aku mengerti bahwa tante sudah tidak tahan ingin disetubuhi maka aku
mengambil posisi untuk menindihnya, perlahan aku gesekan dulu 'adikku'
ke seputar belahan dan permukaan liang tanteku itu, ia terlihat
mengelinjang dan berusaha meraih penisku, dibimbingnya menuju lembah
kehangatannya.
Begitu ujung adikku sudah terselip diantara kedua
bibir vaginanya, dengan berbisik tante menyuruhku untuk menekan!
Perlahan kuturunkan pantatku, oh.., ternyata kurang lebih sama dengan
rasa istri aku tapi agak lebih hangat rasanya. Mulai aku naik turunkan
dengan perlahan membuat sensasi yang semakin lama semakin kupercepat
irama kocokanku, sayangnya tante Munrni sama sekali tidak memberi reaksi
apa-apa, dia hanya diam saja, sambil tangannya terus mencakar-cakar
punggungku. Rupanya tante sangat terpengaruh oleh suasana yang
menegangkan ini, sehingga sulit untuk memberikan respon. Namun kira-kira
pada menit ke 5 aku merasakan otot-otot vaginanya mulai berkontraksi
menandakan sudah waktunya bagi tante. Aku mempercepat kocokan dan
membenamkan sedalam dalamnya sampai kurasakan dasar kewanitaannya,
Kudengar tante menjerit tertahan karena segera dia letakkan bantal ke
wajahnya untuk meredam suara yang timbul. Bagian vitalku terasa ada yang
mencengkram lembut tapi ketat sekali, otot-otot vagina tanteku serasa
memijat-mijat.
Mbak Yuri..., terus terang rasanya lebih nikmat
dari yang selama ini aku pernah dapat dari isteriku, barang isteriku
tidak bisa mencengkeram, meskipun sebenarnya lebih sempit dan kering
dibanding kepunyaan tante yang terasa lebih longgar dan agak licin itu.
Aku
sendiri belum keluar saat itu, kulihat tanteku terkulai kelelahan,
kubersihkan sisa-sisa air mani serta juga cairan dari dalam vaginanya
dengan menggunakan handuk kecil yang ada di dekat situ. Setelah
kurasakan kering, dengan perlahan kumasukkan lagi burungku yang masih
tegang dan kugenjot lagi. Aku menggigit bibir tanteku ketika kurasakan
gesekan penisku dengan dinding vagina tante yang kesat dan kering itu,
rasanya luar biasa.
Tante tiba tiba berbisik, "Mas, jangan
digoyang dulu ya, biar tante yang goyangin". Aku menurut saja, dan
mulailah tanteku meletakkan kedua kakinya di pantatku, lalu mulai
bergoyang, pertama memutar ke kiri dan ke kanan, kadang-kadang
disodoknya ke atas. Aku hanya memejamkan mata merasakan kenikmatan yang
tak pernah aku dapat ini, "Enak mana punya tante sama Asri, Mas?". Aku
tak menjawab pertanyaan tante ini, karena jujur saja Mbak Yuri, punya
tanteku lebih nikmat dari vagina Asri isteriku. Tak tahan dengan
putarannya, apalagi tanteku terus membisikkan kata-kata yang membuatku
makin terangsang, akupun ikut-ikutan menggerakkan burungku maju mundur.
Sementara buah dada tanteku sudah rata kuciumi dan kugigiti, tadinya aku
takut untuk membuat cupangan didadanya, tetapi justru Tante Murni yang
menyuruhku.
Beberapa saat kemudian aku rasakan sesuatu seakan
mendesak untuk dikeluarkan. Kutekan sedalam-dalamnya dan meledaklah
semua kenikmatan di dasar kewanitaannya. Tanteku tersenyum dalam
kegelapan melihat aku mencapai kepuasan itu. "Mas, ini baru komplit
ya"!, bisiknya.
Setelah merasakan tuntasnya semprotan spermaku,
Tante Murni mendorong tubuhku ke samping, dan dengan lembut dikulumnya
burungku, aku menolak karena terasa geli sekali membuat sakit di batang
burungku, tetapi tante tak mempedulikanku, terus saja dia menjilati
sehingga burungku hingga bersih.
Sampai sekarang aku selalu
merindukan persetubuhan dengan Tante Murni ini. Seringkali aku melamun
dan menganalisis apa yang menyebabkan begitu nikmatnya rasa persetubuhan
dengan dia. Jawabnya hanya satu, suasana yang penuh resiko, membuat
rangsangan yang berbeda dan membuat aku menjadi penuh gairah.
HOW GET INCOME US $ , NO COST AT ALL .
BalasHapusVery easy to do, you just need to register by opening the link below .
http://YouthToEarn.com/?ref=496884