Home » » Jangan Liat dari Ukuran Payudara Kami

Jangan Liat dari Ukuran Payudara Kami


*Bisakah bila kau hapus
Sempitnya pikiranmu tentang arti cinta

Berapa ukuran payudara anda? 32, 34, 36? Berapa skala cup-nya  A, B, C?
Apakah punya kita kecil? Apakah kita ingin membuat jadi lebih besar? Alasan apa kita ingin membuatnya besar? Ingin terlihat menarik? Siapa yang meng-konstruk kalau payudara besar itu menarik? Pacar, suami, teman laki-laki anda, atau budaya patriarki? Tidak tahukah kita semakin besar payudara kita, semakin berat beban yang harus ditanggung otot dan tulang punggung kita?

Saya sering heran, mengapa kita tidak bisa menjadi pemilik tubuh kita sendiri? Patriarki. Ya, mungkin.  Kita memang dilahirkan di dunia ini sebagai patner laki-laki. Tapi menurut saya, kita bukan kelas kedua setelah laki-laki. Perempuan dan laki-laki diciptakan sederajat, tidak ada yang lebih tinggi satu sama lain. Semua berhak atas diri mereka masing-masing.

Nah, lantas kembali ke pertanyaan saya tadi, kenapa kita tidak bisa menjadi pemilik tubuh kita sendiri? Menurut Kate Miller dalam bukunya Sexual Politic (1970), patriakisme sebagai dasar semua bentuk ketimpangan yang digelar dalam ruang social. Di dunia patriakisme, system gender (kelamin budaya) atau seks dibangun oleh laki-laki dan untuk kepentingan laki-laki. Millet mengatakan ideology ini bertujuan untuk membentuk steorotipe perempuan baik secara pikiran maupun tubuh. Menundukan tubuh perempuan.

Penundukan terhadap tubuh perempuan oleh laki-laki, tentu saja berimbas pada pemikiran-pemikiran perempuan. Setelah tubuh perempuan dikapling sedemikan rupa, apa yang tersisa? Perempuan dihegemoni untuk tidak pernah menjadi dirinya sendiri (self) melainkan lyan (otherness) dari laki-laki, kelamin kedua dari laki-laki (second sex).

Tokoh yang membahas tentang konsep ini adalah Simone De Beauvoir, terinspirasi dari teman tidurnya, Jean Paul Sartre.  Tubuh perempuan, menurut De Beauvoir, meminjam istilah Sartre, terbagi menjadi dua being in it self (eksistensi materi atau fisik) dan being for it self (eksistensi kesadaran perempuan). Dan ternyata eksistensi perempuan tidak pernah dibuat oleh perempuan itu sendiri, semua berdasarkan imaji rasio laki-laki. Untuk menjadi cantik, lembut, seksi , perempuan harus sepenuhnya taat atau tunduk kepada imajinasi laki-laki.

Kalau laki-laki mengatakan perempuan seksi itu perempuan yang mempunyai ukuran payudara 36B karena bisa memuaskan dirinya secara seksual, apakah kita perempuan berusaha untuk membesarkan payudara. Kita berharap dengan yakin dengan semangkok produk ini dan mengoleskan setabung produk itu pada tubuh kita maka akan melenyapkan ”cacat” kita? Apakah kita ingin seperti itu? Jawabannya tergantung keinginan “asli” anda.

Apakah anda ingin memiliki tubuh anda sendiri atau tidak. Our body is our property.  Anda yang berhak menentukan bagaimana tubuh kita sendiri kita perlakukan. Semua ada di tangan kita. Tidak perlu takut kita kehilangan orang yang kita cintai, karena kita tidak kehilangan diri kita sendiri. Suatu saat pasti ada orang yang tepat menjadikan anda patner tanpa harus mengkapling tubuh anda.
Share this article :

0 comments:

Posting Komentar

Jangan lupa komennya ya demi membangun blog ini agar menjadi lebih baik dari sekarang saran anda sangat berarti untuk perkembangan blog ini :)

 
Copyright © 2011. Indonesian Toshokan - All Rights Reserved