Home » » Akibat Tarzan (II)

Akibat Tarzan (II)

Kemudian Citra naik ke wajahku berhadapan dengan Pak Indra. Aku langsung menjilati kemaluannya. Sambil menjilatin vagina Citra, kubantu Pak Indra membuka kimomo yang digunakan Citra. Sehingga tubuhnya sama polos sepertiku. Perlahan-lahan aku mulai merasakan nikmat di vaginanku. Pak Indra mulai teratur menggoyangkan pinggulnya. Tubuhku sudah penuh dengan keringat. Begitu juga dengan Pak Indra, tubuhnya yang ceking seperti datuk maringgi itu kelihatan mengkilat oleh keringat yang mengalir di tubuhnya. Sambil menjilati vagina Citra, aku meremas remas dadaku sendiri, sehingga semakin besar dan menonjol keatas. Aku merasakan sudah mulai keluar.

“Aahh.. oohh.. saya sudah mau.. Pak!!” erangku, sambil mengejang dan membusur ke atas. Pak Indra semakin memperdahsyat sodokannya dan semakin ganas meremas dadaku. Kemudian kurasakan basah di mulutku, ternyata Citra juga mengalami orgasme setelah kuoral beberapa lama. Akhirnya aku dan Citra orgasme bersamaan. Setelah aku ambruk ke samping, kulihat penis Pak Indra masih tegak berdiri. Malah kelihatan semakin mengkilat gara-gara dipenuhi cairan cintaku. Hebat juga dia, walaupun sudah berusia hamper 50 tahun, tapi masih kuat menggarap mahasiswi seperti kami.

Pak Indra kemudian menindih tubuhku dan mulai menciuminya, tangannya tak henti-hentinya menggerayangi payudara montokku, seolah-oleh tak ingin lepas darinya. Tapi itu tidak berlangsung lama Pak Indra cukup pengertian akan kondisiku yang mulai kepayahan, jadi setelah puas berciuman dia membiarkanku memulihkan tenaga dulu.

Dan kini disambarnya tubuh Citra yang sudah kepayahan. Tubuh Citra yang dalam posisi tengkurap diangkatnya pada bagian pinggul sehingga menungging. Dia membuka lebar bibir vagina Citra dan menyentuhkan kepala penisnya disitu. Benda itu pelan-pelan mendesak masuk ke vaginanya. Sambil menggenjot Citra dia meremas-remas payudaranya yang makin menantang gara-gara menungging. Citra yang sudah lemah hanya bisa mendesah sambil meremas-remas sprei.

“Aduhh.. aahh.. gila Ver.. enak banget!!” ceracanya sambil merem-melek wajahnya sudah memerah saking terangsangnya.

Sambil menggenjot Citra perlahan-lahan, tangan Pak Indra merayap ke pangkal pahaku. Dia membuka bibir vaginaku dan memasukkan jarinya. Aku yang masih lelah hanya bisa mengangkang sambil menghayati jari-jarinya yang keluar masuk vaginaku. Berbeda dengan menggenjot tubuh Citra dengan cepat, dia memasukkan dan mengelurkan jarinya dari vaginaku dengan lembut. Lama kelamaan aku merasakan nikmat dan ingin keluar.
“Oohh.. terus Pak.. kocok terus” desahku terus sambil meremas-remas dadaku sendiri.
“Yak.. dikit lagi.. aahh.. Pak.. sudah mau” aku mempercepat iramaku karena merasa sudah hampir klimaks.
“Neng Citra.. Neng Verna.. bapak juga.. mau keluar.. eerrhh” geramnya dengan mempercepat gerakkannya.

Jari-jarinya terasa menyodok semakin dalam bahkan sepertinya menyentuh dasar rahimku. Sebuah rintihan panjang menandai orgasmeku, tubuhku berkelejotan seperti kesetrum. Kemudian dia lepaskan penisnya dari vagina Citra dan berdiri di ranjang. Disuruhnya aku berlutut dan mengoral penisnya yang berlumuran cairan cinta. aku berlutut mengemut penis basah itu sambil tangan kananku mengocok vaginaku sendiri yang tanggung belum tuntas. Citra bangkit perlahan dan ikut bergabung denganku menikmati penis Pak Indra. Aku mengemut batangnya, Citra mengemut buah zakarnya, kami saling berbagi menikmati ’sosis’ itu.

Di tengah kuluman ku mendadak kurasakan vaginaku dibawah sana makin banjir dan aku orgasme dari masturbasiku sendiri. Disusul beberapa detik kemudian, Pak Indra mencabut penisnya dari mulutku lalu mengerang panjang. Cairan kental berbau khas memancar dengan derasnya membasahi wajah kami. Kami berebutan menelan cairan itu, penis itu kupompa dalam genggamanku agar semuanya keluar, nampak pemiliknya mendesah-desah dan kelabakan.
“Sabar, sabar dong neng, bisa putus penis bapak kalau rebutan gini” katanya terbata-bata. Setelah tidak ada yang keluar lagi. Aku menjilati sisa sperma di wajah Citra, demikian pula sebaliknya. Akhirnya aku dan Citra ambruk kecapaian disusul Pak Indra yang ambruk di atas dadaku.

Aku tertidur sebentar dan terbangun ketika kurasakan bahwa hanya aku dan Pak Indra yang ada diranjang. Pak Indra tampak tertidur dengan wajah yang puas. Mungkin dia masih merasa mimpi bisa mengerjain 2 orang mahasiswa yang cantik-cantik dan berbody aduhai. Gratis lagi. Kurasakan lengket pada wajah dan sekujur tubuhku. Aku langsung pergi ke kamar mandi yang ada di kamar itu. Aku menguyur tubuhku yang masih belepotan sperma Pak Indra. Kuusap semua daerah-daerah sensitifku. Kubersihkan dadaku yang masih berwarna kemerahan. Kulihat banyak cupangan di sana sini. Kemudian aku membersihkan vaginaku yang masih terasa perih. Bagaimana tidak perih disodok penis sebesar penis Pak Indra. Padahal selama ini aku cowok-cowok yang pernah tidur denganku tidak ada yang memiliki penis seukuran Pak Indra. Aku tersenyum sendiri, ternyata bukan hanya Pak Indra yang beruntung bisa menikmati tubuhku, ternyata aku juga beruntung bisa merasakan penis supernya. Membayangkan hal itu tiba-tiba libidoku langsung naik, aku mulai meraba-raba vaginaku.

Setelah mandi aku melap tubuhku dengan handuk dan mengenakan kimono yang ada di kamar mandi itu, itu pasti punya Citra. Aku keluar kamar mandi, kulihat Pak Indra masih tertidur, mungkin dia masih kecapaian melayani 2 orang gadis sekaligus. Kulihat kearah penisnya yang sudah lemas. Tapi walupun masih lemas, penisnya lumayan besar juga. Gimana kalau sudah berdiri tegak? Perlahan-lahan aku dekati penis itu. Kusentuh dengan jari-jariku. Lalu kukocok-kocok. Perlahan-lahan ukurannya makin lama makin besar.

Sambil mengocok-ngocok penis Pak Indra, perlahan?lahan kumasukkan kemulutku. Kujilati dan kukulum. Selain itu jari-jari lentikku meremas-remas buah jakarnya. Kurasakan Pak Indra bangun. Setelah melihat apa yan kulakukan dia tersenyum sambil meringis merasakan kenikmatan. Mungkin baru kali ini penisnya di oral seorang gadis muda yang cantik. Mimpipun mungkin dia tidak berani.

“Aahh.. terus, Ver!” hanya itu yang keluar dari mulutnya.

Aku menjilati penis itu dengan sangat bernafsu. Sungguh besar penis itu, sehingga tidak muat di mulutku yang mungil. Paling yang masuk kemulutku hanya ? nya saja. Kemudian dia bangun dan berdiri dengan penis yang masih tertancap dimulutku. Dia memaju mundurkan penisnya di mulutku sambil tangan memegang kepalaku. Sampai akhirnya menyemprotlah maninya dimulutku. Satu.. dua.. tiga.. empat.. lima.. enam.. tujuh. Ada tujuh kali penisnya memnyemprotkan maninya dimulutku. Sebagian kutelan dan sebagian mengalir di sela-sela pipiku.

“Nikmat sekali Ver” katanya sambil ambruk di kasur yang empuk itu.
“Sabar ya.. bapak cari tenaga dulu. Entar giliran kamu yang bapak puasin..”

Aku membersihkan sisa-sisa sperma di bibirku. Aku merasa haus sekali. Kemudian aku ambil air di meja dekat jendela kamar itu. Aku minum satu gelas sampai habis. Ketika aku melihat ke kolam renang, kulihat disana adegan yang mendebarkan hati. Muklas, penjaga villa tetangga Citra, sedang menggenjot Indah di kolam yang dangkal. Indah dalam posisi berpegangan pada tangga kolam. Muklas dari bawahnya juga dalam posisi berdiri sedang asyik menggenjot penisnya pada vagina Indah dari belakang. Kedua payudara Indah bergoyang naik turun seirama goyang tubuhnya. Sedangkan Citra sedang duduk di pinggir kolam sambil mengelus-elus kemaluannya sendiri.

Muklas makin lama makin cepat menggenjot penisnya pada vagina Indah. Kedua payudara Indah bergoyang naik turun seirama goyang tubuhnya. Tubuh mungil Indah sudah tampak kewalahan. Apalagi menurut ceritanya Indah adalah cewek yang gampang banget orgasme jika lagi ML sama cowok-cowok di kampus kami. Apalagi dengan penjaga villa seperti Muklas, berbadan tegap dan masih muda serta memiliki penis yang nggak kalah besar dari Pak Indra. Pasti dia sudah orgasme berkali-kali.

Sambil melihat mereka aku mengelus-elus vaginaku sendiri. Tali kimomo yang kukenakan kulepas. Birahiku langsung naik melihat adegan di kolam. Entah mengapa aku cepat sekali BT(Birahi Tinggi) hari ini. Muklas memajukan mulutnya melewati ketiak Indah dan langsung menjilati payudara Indah dengan rakus. Indah makin menjerit-jerit. Jeritannya sampai ke kamar dimana aku berada. Indah tak kuasa menahan rintihannya setiap Muklas menusukkan penisnya, tubuhnya bergetar hebat akibat tarikan dan dorongan penis penjaga vila itu pada kemaluannya. Kemudian kulihat Indah mencengkram tangan Muklas dengan kuat. Tubuhnya menggigil dan menjerit tertahan. Ternyata dia orgasme.

Kemudian Indah naik ke kolam dan langsung ambruk di tepi kolam sambil menutup matanya. Pasti dia sangat kecapaian. Kemudian kulihat Citra mendekati Muklas. Muklas yang belum keluar, memamerkan penisnya yang besar ke arah Citra. Kemudian Citra turun ke air yang disambutnya dengan pelukan Muklas, tangannya mengelusi punggung Citra terus turun hingga meremas bongkahan pantatnya yang padat. Sementara tangan Citra juga turun meraih kemaluan Muklas. Kulihat mereka bercakap-cakap sebentar.

Kemudian diangkatnya badan Citra yang langsing dengan posisi kaki dipinggang Muklas. Diletakkannya tubuh mulus Citra pada lantai di tepi kolam, di sebelah Indah yang terkapar. Kemudian Muklas merapatkan badannya diantara kedua kaki Citra yang tergantung. Dengan sekali dorong tertancaplah penis Muklas di vagina Citra. Mereka melakukan push dan up secara teratur.

Saat asyik-asyiknya menikmati pemandangan erotis di tepi kolam, aku dikejutkan sebuah tangan kasar yang merabai dadaku. Aku menoleh sekilas ke belakang dan kulihat Pak Indra tersenyum sambil memilin-milin putingku. Aku masih meraba-raba vaginaku, sedangkan Pak Indra makin keras meremas payudaraku. Kurasakan sesuatu menyodok-nyodok pantatku dan kutahu bahwa itu adalah penis Pak Indra. Dia membalikkan tubuhku sehingga kami berhadap-hadapan. Diciumnya bibirku. Aku agak kewalahan dengan lidahnya yang bermain di rongga mulutku. Setelah beberapa menit baru aku bisa beradapatasi, kubalas permainan lidahnya hingga lidah kami saling membelit dan mengisap. Cukup lama juga kami berpagutan, dia juga menjilati wajahku yang halus tanpa jerawat sampai wajahku basah oleh liurnya.

Dia mulai menciumiku dari telinga, lidah itu menelusuri belakang telingaku juga bermain-main di lubangnya. Dengusan nafas dan lidahnya membuatku merasa geli dan menggeliat-geliat. Mulutnya berpindah melumat bibirku dengan ganas, lidahnya menyapu langit-langit mulutku, kurespon dengan mengulum lidahnya. Tanganku meraba-raba ke bawah mencari kemaluannya karena birahiku telah demikian tingginya, tak sabar lagi untuk dientot.

Kemudian tubuhku diangkatnya ke meja, lalu di baringkannya. Vaginaku semakin merekah karena posisiku yang telentang, apalagi aku sengaja mengangkangkan kakiku. Dia mengelus-elus bibir vaginaku. Aku mendesah makin tidak karuan ketika lidahnya bermain-main disana, ditambah lagi dengan jarinya yang bergerak keluar masuk.

“oh.. terus, pak!” hanya itu yang keluar dari mulutku.

Aku sampai meremas-remas payudara dan menggigit jariku sendiri karena tidak kuat menahan rasanya yang geli-geli enak itu hingga akhirnya tubuhku mengejang dan vaginaku mengeluarkan cairan hangat. Dengan merem melek aku menjambak rambut Pak Indra yang sedang menyeruput vaginaku. Perasaan itu berlangsung terus sampai kurasakan cairanku tidak keluar lagi, barulah dia melepaskan kepalanya dari situ, nampak mulutnya basah oleh cairan cintaku.
Belum beres aku mengatur nafasku yang memburu, mulutku sudah dilumatnya dengan ganas. Kurasakan aroma cairan cintaku sendiri pada mulutnya yang belepotan cairan itu.
“Ayo.. Pak masukkan” teriakku.
Share this article :

0 comments:

Posting Komentar

Jangan lupa komennya ya demi membangun blog ini agar menjadi lebih baik dari sekarang saran anda sangat berarti untuk perkembangan blog ini :)

 
Copyright © 2011. Indonesian Toshokan - All Rights Reserved