Home » » Akibat Tarzan (III)

Akibat Tarzan (III)

Kulihat penis Pak Indra sudah berdiri dengan sangat tegak. Kuraih benda itu kutuntun memasuki kemaluanku, tangan kanan Pak Indra ikut menuntun senjatanya menembaki sasaran. Saat kepala penisnya menyentuh bibir kemaluanku, dia menekannya ke dalam, mulutku menggumam tertahan karena sedang berciuman dengannya. Ciuman kami baru terlepas disertai jeritan kecil ketika Pak Indra mengehentakkan pinggulnya hingga penisnya tertanam semua dalam vaginaku. Pinggulnya bergerak cepat diantara kedua pahaku sementara mulutnya mencupangi pundak dan leher jenjangku. Aku hanya bisa menengadahkan kepala menatap langit dan mendesah sejadi-jadinya. Tubuhku tersentak-sentak tak terkendali, kepalaku kugelengkan kesana-kemari, kedua payudaraku yang terguncang-guncang tidak luput dari tangan dan mulut Pak Indra. Aku memperhatikan penisnya sedang keluar masuk di vaginaku.
“Ah.. terus pak.. terus!” desahku.
“Vagina Neng seret amat ya.. serasa masih mimpi bapak!” katanya sambil menggoyang-goyangkan pinggulnya.
“Payudara Neng juga montok. Mimpi apa bapak semalam bisa ML dengan gadis cantik seperti Neng” katanya lagi disusul meremas-remas dadaku. Aku hanya bisa merintih-rintih, apa yang dibilang Pak Indra tidak kuperhatikan lagi. Susah payah aku bertahan agar tidak keluar dulu. Aku ingin Pak Indra takluk dihadapanku. Tapi aku sudah tak tahan lagi, kulihat langit-langit kamar sudah berbayang-bayang disusul dengan cairan bening mengalir deras dari vaginaku.

“Pak.. aku.. keluar..” teriakku.

Tanpa memberiku istirahat, kemudian Pak Indra membalikkan badanku sehingga tanganku bertumpu pada meja. Kemudian kurasakan penisnya menyeruak ke vaginaku. Aku hanya bisa menahan nafas dan menggigit bibir saat penisnya mulai keluar masuk. Aku merasakan nikmat yang tiada tara ketika penisnya dengan cepat menerobos vaginaku. Aku terlonjak-lonjak ke depan sampai payudaraku menempel pada kaca jendela. Mulutku megap-megap dan terkadang meringis. Aku bisa melihat ke tepi kolam, d imana Muklas dengan gencar menikmati tubuh putih Citra. Sampai-sampai dada Muklas tertekan ke dada Citra yang bulat menggiurkan itu. Kedua kaki Citra menggelepar-gelepar menepuk permukaan air.

Kemudian aku memfokuskan diri pada Pak Indra, yang nampaknya masih belum ada tanda-tanda orgasme. Aku sudah lemas sekali. Sambil mengoyangkan pinggulnya kepala Pak Indra menyeruak melewati ketiakku dan langsung menciumi dadaku yang paling disenanginya. Aku hanya bisa merintih dan menjerit sebisaku saat mulutnya dengan rakus menjilat dan sekali-kali menggigit puting susuku, sehingga membuatku makin ke awang-awang.

Frekuensi sodokannya makin lama makin cepat, aku mulai menggila dan mulai menjerit sekuat-kuatnya beradu dengan erangannya dan deritan meja yang ikut bergoyang. Dia mencengkram kedua tangannya di dadaku. Kurasakan kukunya mencengkeram dadaku yang montok. Aku merasakan sakit disana, tapi tidak sebanding dengan sensasi yang kudapat. Hujaman-hujamannya kurasakan nikmat disekitar tubuhku.

“Ahh..!” aku tiba-tiba menjerit kecil ketika kurasakan cairanku ingin meledak keluar. Aku mendesah panjang tak kuasa menahan orgasmeku yang kedua. Masih dalam suasana orgasme, Pak Indra terus mengenjotku, sehingga orgasmeku semakin panjang. Aku seperti berada di puncak awan. Sel-selku sepertinya pecah dan tulang-tulangku seperti dilolosi. Aku tengkurap diatas meja tidak tahan lagi menahan berat tubuhku. Aku sangat lemas sekali. Pak Indra ternyata sangat hebat, nggak tahu apakah dia tadi memakan obat kuat dulu ataukah memang kemampuannya yang dasyat. Aku hanya mendesah desah saat penis hitamnya itu masih terus menyodok nyodok vaginaku tanpa memberi istirahat.

Kemudian Pak Indra menjambak rambutku sehingga aku tertarik kebelakang. Dia meremas dadaku dengan keras. Yang kurasakan sekarang sakit pada rambut dan dadaku tetapi sangat nikmat pada vaginaku.

“Sebentar lagi.. sebentar.. lagi..!” erangnya.

Aku sudah sangat lemas, hanya tarikannya pada rambutku yang menopang tubuhku. Kemudian dengan tiba-tiba dia melepas penisnya lalu menggendong tubuhku yang sudah sangat capek kearah tempat tidur. Tubuhku dihempaskan disana. Aku bisa melihat penisnya yang mengkilat gara-gara cairan cintaku. Dengan sekali sentakan masuklah penisnya yang besar itu ke vaginaku. Aku hanya bisa mendesah dan mengerang, tak kuasa mengalami sensasi yang kualami.

Setelah lima menit menyodok dengan gaya itu. Dia mengeluarkan penisnya dari vaginaku, kemudian menjepitnya di dadaku. Digesek-geseknya penisnya di dadaku yang lumayan besar. Aku mendesah-desah setiap penis itu melewati pangkal dadaku. Hal itu berlangsung sekitar 5 menit. Kemudian kulihat Pak Indra mengerang sambil menyebut-nyebut namaku. Lalu muncaratlah spermanya yang mirip susu kental itu di wajah dan mulutku. Aku yang sudah lemas hanya bisa membuka mulut. Kurasakan sperma dari wajahku mengalir masuk ke mulutku. Aku hanya bisa ternganga menikmati suasana itu. Sampai cairan spermanya masuk ke sela-sela mulutku. Setelah puas menuntaskan hajatnya Pak Indra memintaku membersihkan barangnya. Dengan terpaksa aku bangun dan mulai membersihkan penis yang hitam besar itu. Kemudian kami sama-sama ambruk.

“Kamu hebat, Ver!”, katanya “lain kali kalau bapak ajak ML lagi, mau ya!”
Aku hanya mengengguk. Tentu saja aku mau dengan orang seperti Pak Indra, dimana aku bisa orgasme berkali-kali.

Keesokan harinya..
Pagi-pagi sekali aku sudah bangun. Cuaca yang dingin membangunkanku dari tidur.

Kulihat jam di kamar menunjukkan pukul 6 pagi. Aku masih telanjang, kulihat Indah dan Citra juga masih tertidur disampingku. Mereka juga sama-sama telanjang, nampak mereka sangat kelelahan. Kemudian aku teringat bahwa tadi malam kami baru mengadakan party sex. Gila juga Pak Indra dan Muklas. Indah yang kalah bermain poker harus rela tubuhnya menjadi santapan Pak Indra dan Muklas. Walau awalnya meronta-ronta tapi akhirnya dia pasrah juga. Dia dikerjaiin hampir orgasme berkali-kali. Penjaga villa itu sepertinya nggak ada habis-habisnya. Habis menggenjot Indah dia menggenjotku dan Citra lagi secara bergantian. Aku sudah 3 kali orgasme sedangkan Indah dan Citra masing-masing 4 kali. Total kami sudah orgasme 10 kali sedangkan mereka berdua baru satu kali satu kali. Mereka jauh lebih hebat dari cowok-cowok di kampus kami dan cowok-cowok yang pernah tidur denganku.

Kemudian aku bangun, masih terasa lengket pada mulut dan seluruh badanku, lengket gara-gara sperma atau air liur. Kulihat ke sebelahku Indah dan Citra juga nggak jauh beda, buah dada Citra yang sekal nampak kemerahan dan ada bekas cupang di sana sini. Sedangkan pada mulut dan wajah Indah banyak sisa-sisa sperma.

Aku coba untuk memejamkan mata, berusaha untuk tidur, tapi tidak bisa. Kemudian kuputuskan untuk mandi. Air yang sangat dingin di puncak dapat menyegarkan tubuhku. Pelan-pelan kurasakan enak di badanku. Sehabis mandi kuputuskan untuk lari pagi sambil menikmati udara puncak yang segar. Segera kugunakan celana pendek yang sangat ketat sehingga celana dalamku tercetak disana. Lalu kugunakan baju tangan panjang karena cuaca dingin. Kemudian aku lari pagi menikmati udara puncak yang dingin.

Setelah capek lari pagi, akhirnya aku balik ke villa. Citra dan Indah masih tertidur di kamar. Aku ingin membangunkan mereka tapi mereka masih tampak kelelahan sehingga kuurungkan niatku. Aku melap keringatku yang basah, kemudian aku ganti baju. Sebenarnya sih aku ingin telanjang saja sambil melakukan aktivitas di didalam villa. Tapi karena cuaca dingin kubatalkan niat “gila” ku. Kugunakan tanktop warna merah kesukaanku dan celana pendek yang fuul press. Sehingga menampakkan keindahan tubuhku. Aku tak henti-hentinya menatap tubuhku yang indah di meja rias. Aku saja sangat mengaguminya, gimana lagi dengan cowok-cowok?

Kemudian aku pergi ke dapur. Aku ingin memasak supermi, karena perutku sangat lapar. Aku ingin menghidupkan kompor tapi nggak ada korek api. Lalu kucari Pak Indra.

“Pak.. Pak Indra!” teriakku mencari Pak Indra. Ternyata Pak Indra sedang menyapu halaman di belakang.

“Pagi Neng!” katanya melihatku.
“Sudah bangun ya?”
Aku hanya mengangguk sambil meminta korek darinya.
“Neng, tadi malam asik banget ya” katanya sambil memberi korek
“Mau nggak nanti bapak entot lagi?”

Aku hanya mengangguk. Nggak ada puas-puasnya si tua bangka ini mengerjain tubuhku. Sudah hampir seharian kemarin dia memacu tubuhku dan teman-temanku, sekarang mau minta lagi.

“Tapi ntar aja ya pak, masih capek nih, lapar lagi!” kataku sambil pergi ke dapur.
Akhirnya aku memasak supermi dan makan. Sebenarnya aku ingin membangunkan kedua temanku. Karena aku ingin jalan-jalan bareng mereka. Tapi lagi-lagi kuurungkan niatku. Aku nggak tega juga menggangu tidur mereka. Mungkin nanti aja jalan-jalannya setelah mereka bangun, pikirku.

Setelah selesai makan aku pergi ke dapur untuk membereskan piring kotor. Selagi aku mencuci piring, Pak Indra datang kedapur. Kami bercakap-cakap tentang berbagai hal. Tentang istrinya yang sudah lama pergi meninggalkannya, sehingga dia sangat sulit untuk melampiaskan nafsunya jika lagi “pengen”. Sambil bercakap-cakap Pak Indra tak hentinya melihat-lihat tubuhku. Dia mencuri-curi melihat dadaku dari celah tanktopku yang tak tertutup. Dia juga sesekali melihat pantatku yang bulat menonjol. Apalagi jika aku memakai celana ketat seperti ini. Pasti membuat libidonya serasa meledak-ledak

Kemudian Pak Indra mendekatiku dari belakang. Pertama-tama dia mengelus-elus lenganku yang putih mulus. Kubiarkan tangannya itu mengelus-elus tanganku. Dia mendekatkan mulutnya ke leher jenjangku. Dijilatinya dari atas sampai ke bawah. Tangannya yang kasar meremas-remas payudaraku dari luar sementara tangannya yang lain mengelus-elus pantatku.

Perlahan-lahan dilepaskannya celana ketatku beserta CDnya. Pantatku yang mulus dan sekal terpampang jelas didepan matanya.
“Ini baru namanya pantat” katanya sambil menepuk pantatku.

Kemudian disusul dengan melepas tanktop dan braku. Sekarang aku dapat melihat diriku yang telanjang bulat melalui cermin wastafel di hadapanku. Dan dari belakang kulihat dia sedang mengagumi tubuhku dan mengelus-ngelusnya. Tangan bergerak dari dada ke punggungku. Aku mendesah sambil menggigit bibirku. Bibirnya menjilati punggungku dan sesekali kepalanya menyeruak melewati ketiakku untuk mengulum payudaraku.

Kemudian dibentangkannya pahaku lebar-lebar, tangannya mulai merayap ke bagian selangkanganku. Jari-jari besar itu menyusup ke pinggir kemaluanku, mula-mula hanya mengusap-ngusap bagian permukaan saja lalu mulai bergerak perlahan-lahan diantara kerimbunan bulu-bulu mencari liangnya.

“Oh..” hanya itu yang keluar dari mulutku.
Share this article :

0 comments:

Posting Komentar

Jangan lupa komennya ya demi membangun blog ini agar menjadi lebih baik dari sekarang saran anda sangat berarti untuk perkembangan blog ini :)

 
Copyright © 2011. Indonesian Toshokan - All Rights Reserved