Tante Rani membuka celana renangnya dan
memegangnya sambil merangkul Arie. Batang kemaluan Arie langsung masuk
ke dalam liang kewanitaan Tante Rani yang sudah dibuka lebar-lebar
dengan posisi kedua kakinya menempel di pundak Arie. Beberapa detik
kemudian, setelah liang kewanitaan Tante Rani telah melahap semua batang
kemaluan Arie dan dirasakannya batang kemaluan Arie sudah menegang.
Tante Rani menciumnya dengan cepat dan langsung mendorong Arie sambil
pergi dan terseyum manis meninggalkan Arie yang tampak kebingungan
dengan batang kemaluannya yang sedang menegang.
Mendapat
perlakuan itu Arie menjadi tambah bernafsu kepada Tante Rani, dan ia
berjanji kalau ada kesempatan lagi ia akan menghabisinya sampai ia
merasa kelelahan. Lalu Arie langsung pergi meninggalkan kolam itu untuk
membersihkan badannya.
Setelah di kamar, Arie langsung membuka
semua bajunya yang menjadi basah itu, ia langsung masuk kamar mandi dan
menggosok badan dengan sabun. Ketika akan membersihkan badannya, air
yang ada di kamar mandinya ternyata tidak berjalan seperti biasanya. Dan
langsung Arie teringat akan keberadaan kamar Yuni. Arie lalu pergi
keluar kamar dengan lilitan handuk yang menempel di tubuhnya. Wajahnya
penuh dengan sabun mandi. "Yuni.. Yuni.. Yuni.." teriak Arie sambil
mengetuk pintu kamar Yuni. "Masuk Kak Ariee, tidak dikunci." balas Yuni
dari dalam kamar.
Didapatinya ternyata Yuni masih melilitkan
badan dengan selimut dengan tangannya yang sedang asyik memainkan
kemaluannya. Permainan ini baru didapatkannya ketika ia melihat adegan
tadi malam antara kakaknya dengan Arie dan kejadian itu membuat ia
merasakan tentang sesuatu yang selama ini diidam-idamkan oleh setiap
manusia.
"Ada apa Kak Arie," kata Yuni sambil terus
berpura-pura menutup badannya dengan selimut karena takut ketahuan bahwa
dirinya sedang asyik memainkan kemaluannya yang sudah membasah sejak
tadi malam karena melihat kejadiaan yang dilakukan kakaknya dengan Arie.
"Anu Yuni.. Kakak mau ikut mandi karena kamar mandi Arie airnya tidak
keluar." Memang Yuni melihat dengan jelas bahwa badan Arie dipenuhi oleh
sabun tapi yang diperhatikan Yuni bukannya badan tapi Yuni
memperhatikan diantara selangkangannya yang kelihatan mencuat.
Iseng-iseng Yuni menanyakan tentang apa yang mengganjalnya dalam lilitan
handuk itu. Mendengar pertanyaan itu niat Arie yang akan menerangkan
tentang biologi ternyata langsung kesampaian dan Arie pun langsung
memperlihatkannya sambil memengang batang kemaluannya, "Ini namanya
penis.. Sayang," kata Arie yang langsung menuju kamar mandi karena
melihat Yuni menutup wajahnya dengan selimut.
Melihat batang
kemaluan Arie yang sedang menegang itu Yuni membayangkan bila ia
mengulumnya seperti yang dilakukan kakaknya. Keringat dingin keluar di
sekujur tubuh Yuni yang membayangkan batang kemaluan Arie dan ia ingin
sekali seperti yang dilakukan oleh kakaknya juga ia melakukannya. Mata
Yuni terus memandang Arie yang sedang mandi sambil tangan terus bergerak
mengusap-usap kemaluannya.
Akhirnya karena Yuni sudah dipuncak
kenikmatan, ia mengerang akibat dari permainan tangannya itu telah
berhasil dirasakannya .Dengan beraninya Yuni pergi memasuki kamar mandi
untuk ikut mandi bersama Arie. Melihat kedatangan Yuni ke kamar mandi,
Arie hanya tersenyum. "Kamu juga mau mandi Yun," kata Arie sambil
mencubit pinggang Yuni.
Yuni yang sudah dipuncak kenikmatan itu
hanya tersenyum sambil melihat batang kemaluan Arie yang masih mengeras.
"Kak boleh nggak Yuni mengelus-elus barang itu," bisik Yuni sambil
menunjuknya dengan jari manisnya. Mendengar permintaan itu Arie langsung
tersenyum nakal, ternyata selama ini apa yang diidam-idamkannya akan
mendapatkan hasilnya. Dalam pikiran Arie, Yuni sekarang mungkin telah
mengetahui akan kenikmatan dunia. Tanpa diperintah lagi Arie langsung
mendekatkan batang kemaluannya ke tangan Yuni dan menuntun cara
mengelus-elusnya. Tangan Yuni yang baru pertama kali meraba kepunyaan
laki-laki itu sedikit canggung, tapi ia berusaha meremasnya seperti
meremas pisang dengan tenaga yang sangat kuat hingga membuat Arie
kesakitan.
"Aduh.. jangan keras-keras dong Yuni, nanti batang
kemaluannya patah." Mendengar itu Yuni menjadi sedikit kaget lalu Ari
membatunya untuk memainkan batang kemaluannya dengan lembut. Tangan Yuni
dituntunnya untuk meraba batang kemaluan Arie dengan halus lalu batang
kemaluan Arie didekatkan ke wajah Yuni agar mengulumnya. Yuni hanya
menatapnya tanpa tahu harus berbuat apa. Lalu Arie memerintahkan untuk
mengulumnya seperti mengulum ice crem, atau mengulumnya seperti mengulum
permen karet. Diperintah tersebut Yuni langsung menurut, mula-mula ia
mengulum kepala batang kemaluan Arie lalu Yuni memasukkan semua batang
kemaluan Arie ke dalam mulutnya. Tapi belum juga berapa detik Yuni
terbatuk-batuk karena kehabisan nafas dan mungkin juga karena nafsunya
terlalu besar.
Setelah sedikit tenang, Yuni mengulum lagi batang
kemaluan Arie tanpa diperintah sambil pinggul Yuni bergoyang menyentuh
kaki Arie. Melihat kejadian itu Arie akhirnya menghentikan kuluman Yuni
dan langsung mengangkat Yuni dan membawanya ke ranjang yang ada di
samping kamar mandi. Sesampainya di pinggir ranjang, dengan hangat Yuni
dipeluk oleh Arie dan Yuni pun membalas pelukan Arie. Bibir Yuni yang
polos tanpa liptik dicium Arie dengan penuh kehangatan dan kelembutan.
Dicium dengan penuh kehangatan itu Yuni untuk beberapa saat terdiam
seperti patung tapi akhirnya naluri seksnya keluar juga, ia mengikuti
apa yang dicium oleh Arie. Bila Arie menjulurkan lidahnya maka Yuni pun
sama menjulurkan lidahnya ke dalam mulut Arie. Dengan permainan itu Yuni
sangat menikmatinya apalagi Arie yang bisa dikatakan telah dilatih oleh
kakaknya yang telah berpengalaman.
Kecupan Yuni kadang kala
keluar suara yang keras karena kehabisan nafas. "Pek.. pek.." suara
bibir Yuni mengeluarkan suara yang membuat Arie semakin terangsang.
Mendengar suara itu Arie tersenyum sambil terus memagutnya. Tangan Arie
dengan terampil telah membuka daster putih yang dipakai Yuni. Dengan
gerakan yang sangat halus, Arie menuntun Yuni agar duduk di pinggir
ranjang dan Yuni pun mengetahui keinginan Arie itu. Bibir Yuni yang
telah berubah warna menjadi merah terus dipagut Arie dengan posisi Yuni
tertindih oleh Arie. Tangan Yuni terus merangkul Arie sambil bukit
kemaluannya menggesek-gesekkan sekenanya.
Lalu Arie
membalikkan tubuh Yuni sehingga kini Yuni berada di atas tubuh Arie,
dengan perlahan tangan Arie membuka BH putih yang masih melekat di tubuh
Yuni. Setelah berhasil membuka BH yang dikenakan Yuni, Arie pun membuka
CD putih yang membungkus bukit kemaluan Yuni dilanjutkan
menggesek-gesekkan sekenanya. Erangan panjang keluar dari mulut Yuni.
"Auuu..." sambil mendekap Arie keras-keras. Melihat itu Arie semakin
bersemangat. Setelah Arie berhasil membuka semua pakaian yang dikenakan
Yuni, terlihat Yuni sedikit tenang iapun kembali membalikkan Yuni
sehingga ia sekarang berada di atas tubuh Yuni.
Arie
menghentikan pagutan bibirnya ia melanjutkan pagutannya ke bukit
kemaluan Yuni yang telah terbuka dengan bebas. Dipandanginya bukit
kemaluan Yuni yang kecil tapi penuh tantangan yang baru ditumbuhi oleh
bulu-bulu hitam yang kecil-kecil. Kaki Yuni direnggangkan oleh Arie.
Pagutan Arie beganti pada bibir kecil kepunyaan Yuni. Pantat Yuni
terangkat dengan sendirinya ketika bibir Arie mengulum bukit kemaluan
kecilnya yang telah basah oleh cairan. Harum bukit kemaluan perawan
membuat batang kemaluan Arie semakin ingin langsung masuk ke sarangnya
tapi Arie kasihan melihat Yuni karena kemaluannya belum juga merekah.
Jilatan bibir Arie yang mengenai klitoris Yuni membuat Yuni menjepit
wajah Arie. Semburan panas keluar dari bibir bukit kemaluan Yuni. Yuni
hanya menggeliat dan menahan rasa nikmat yang baru pertama kali
didapatkanya.
Lalu Arie merasa yakin bahwa ini sudah waktunya,
ditambah lagi batang kemaluannya yang sudah telalu lama menengang. Arie
menarik tubuh Yuni agar pantatnya pas tepat di pinggir ranjang. Kaki
Yuni menyentuh lantai dan Arie berdiri diantara kedua paha Yuni.
Melihat kondisi tubuh Yuni yang sudah tidak menggunakan apa-apa lagi
ditambah dengan pemandangan bukit kemaluan Yuni yang sempit tapi basah
oleh cairan yang keluar dari bibir kecilnya membuat Arie menahan nafas.
Arie berdiri, dan batang kemaluannya yang besar itu diarahkan ke bukit
kemaluan Yuni. Melihat itu Yuni sedikit kaget dan merasa takut Yuni
menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Melihat gejala itu Arie hanya
tersenyum dan ia sedikit lebih melebarkan paha Yuni sehingga klitorisnya
terlihat dengan jelas. Ia menggesek-gesekkan batang kemaluannya di
bibir kemaluan Yuni. Sambil menggesek-gesek batang kemaluan, Arie
kembali mendekap Yuni sambil membuka tangannya yang menutupi wajahnya.
Melihat Arie yang membuka tangannya, Yuni langsung merangkulnya dan
mencium bibir Arie. Pagutan pun kembali terjadi, bibir Yuni dengan
lahapnya terus memagut bibir Arie. Suara erangan kembali keluar lagi
dari mulut Yuni. "Aduhh... Kaak..." erang Yuni sambil merangkul tubuh
Arie dengan keras. Arie meraba-raba bukit kemaluan Yuni dengan batang
kemaluannya setelah yakin akan lubang kemaluan Yuni, Arie mendorongnya
perlahan dan ketika kepala kejantanan Arie masuk ke liang senggama Yuni.
Yuni mengerang kesakitan, "Kak.. aduh sakit, Kak..."
Mendengar
rintihan itu, Arie membiarkan kepala kemaluannya ada di dalam liang
senggama Yuni dan Arie terus memberikan pagutannya. Kuluman bibir Yuni
dan Arie pun berjalan lagi. Dada Arie yang besar terus digesek-gesekkan
ke payudara Yuni yang sudah mengeras. Yuni yang menahan rasa sakit yang
telah bercampur dengan rasa nikmat akhirnya mengangkat kakinya
tinggi-tinggi untuk menghilangkan rasa sakit di liang senggamanya dan
itu ternyata membantunya dan sekarang menjadi tambah nikmat.
Kepala kemaluan Arie yang besar baru masuk ke liang kewanitaan Yuni,
tapi jepitan liang kemaluan Yuni begitu keras dirasakan oleh batang
kemaluan Arie. Sambil mencium telinga kiri Yuni, Arie kembali berusaha
memasukkan batang kemaluannya ke liang senggama Yuni. "Aduh.. aduh..
aduh.. Kak," Mendengar rintihan itu Arie berkata kepada Yuni. "Kamu
sakit Yuni," bisik Arie di telinga Yuni. "Nggak tahu Kaak ini bukan
seperti sakit biasa, sakit tapi nikmat.."
Mendengar penjelasan
itu, Arie terus memasukkan batang kemaluannya sehingga sekarang kepala
kemaluannya sudah masuk semua ke dalam liang senggama Yuni. Batang
kemaluan Arie sudah masuk ke liang senggama Yuni hampir setengahnya.
Batang kemaluannya sudah ditelan oleh liang kemaluan Yuni, kaki Yuni
semakin diangkat dan tertumpang di punggung Arie. Tiba-tiba tubuh Yuni
bergetar sambil merangkul Arie dengan kuat. "Aduhhh..." dan cairan
hangat keluar dari bibir kemaluan Yuni, Arie dapat merasakan hal itu
melalui kepala kemaluannya yang tertancap di bukit kemaluan Yuni.
Lipatan paha Yuni telah terguyur oleh keringat yang keluar dari tubuh
mereka berdua.
Mendapat guyuran air di dalam bukit kemaluan itu,
Arie lalu memasukkan semua batang kemaluannya ke dalam lubang senggama
Yuni. Dengan satu kali hentakan. "Preeet..." Yuni melotot menahan
kesakitan yang bercampur dengan kenikmatan yang tidak mungkin didapatkan
selain dengan Arie. "Auh.. auh.. auh.." suara itu keluar dari mulut
kecil Yuni setelah seluruh batang kejantanan Arie berada di dalam lembah
kenikmatan Yuni. "Kak, Badan Yuni sesak, sulit bernafas," kata Yuni
sambil menahan rasa nikmat yang tiada taranya. Mendengar itu lalu Arie
membalikkan tubuh Yuni agar ia berada di atas Ari. Mendapatkan posisi
itu Yuni seperti pasrah dan tidak melakukan gerakan apapun selain
mendekap tubuh Arie sambil meraung-raung kenikmatan yang tiada taranya
yang baru kali ini dirasakannya.
Yuni dan Arie terdiam kurang
lebih lima menit. "Yuni, sekarang bagaimana badanmu," kata Arie yang
melihat Yuni sekarang sudah mulai menggoyang-goyangkan pantatnya dengan
pelan-pelan. "Udah agak enakan Kak," balas Yuni sambil terus
menggoyang-goyangkan pantatnya ke kiri dan ke kanan. Mendapatkan
serangan itu Arie langsung mengikuti gerakan goyangan itu dan goyangan
Arie dari atas ke bawah.
Lipantan-lipatan kehangatan tercipta di
antara selangkangan Yuni dan Arie. Sambil menggoyangkan pantatnya,
mulut Yuni tetap mengaduh, "Aduhhh..." Merasakan nikmat yang telah
menyebar ke seluruh badannya. Tanpa disadari sebelumnya oleh Arie. Yuni
dengan ganasnya menggoyang-gonyangkan pantatnya ke samping dan ke kiri
membuat Arie kewalahan ditambah lagi kuatnya jepitan bukit kemaluan Yuni
yang semakin menjepit seperti tang yang sedang mencepit paku agar paku
itu putus. Beberapa menit kemudian Arie memeluk badan Yuni dengan
eratnya dan batang kemaluannya berusaha ditekan ke atas membuat pantat
Yuni terangkat. Semburan panas pun masuk ke bukit kemaluan Yuni yang
kecil itu. Mendapat semburan panas yang sangat kencang, Yuni mendesis
kenikmatan sambil mengeram, "Aduhh... aduh.. Kak.."
Selang
beberapa menit Arie diam sambil memeluk Yuni yang masih dengan aktif
menggerak-gerakkan pantatnya ke kiri dan ke kanan dengan tempo yang
sangat lambat. Setelah badannya merasa sudah agak baik, Arie membalikkan
tubuh Yuni sehingga sekarang tubuh Yuni berada di bawah Arie. Batang
kemaluan Arie masih menancap keras di lembah kemaluan Yuni meskipun
sudah mengeluarkan sperma yang banyak. Lalu kaki Yuni diangkat oleh Arie
dan disilangkan di pinggul. Arie mengeluarkan batang kemaluannya yang
ada di dalam liang senggama Yuni. Mendapat hal itu mata Yuni tertutup
sambil membolak-balikkan kepala ke kiri dan ke kanan lalu dengan
perlahan memasukkan lagi batang kemaluannya ke dalam liang senggama
Yuni, turun naik batang kemaluan Arie di dalam liang perawan Yuni
membuat Yuni beberapa kali mengerang dan menahan rasa sakit yang
bercampur dengan nikmatnya dunia. Tarikan bukit kemaluan Yuni yang
tadinya kencang pelan- pelan berkurang seiring dengan berkurangnya
tenaga yang terkuras habis dan selanjutnya Arie mengerang-erang sambil
memeluk tubuh Yuni dan Yuni pun sama mengeluarkan erangan yang begitu
panjang, keduanya sedang mendapatkan kenikmatan yang tiada taranya.
Arie mendekap Yuni sambil menikmati semburan lahar panas dan keluarnya
sperma dalam batang kemaluan Arie dan Yuni pun sama menikmati lahar
panas yang ada dilembah kenikmatannya. Kurang lebih lima menit, Arie
memeluk Yuni tanpa adanya gerakan begitu juga Yuni hanya memeluk Arie.
Dirasakan oleh Arie bahwa batang kemaluannya mengecil di dalam liang
kemaluan Yuni dan setelah merasa batang kemaluannya betul-betul mengecil
Arie menjatuhkan tubuhnya di samping Yuni. Arie mencium kening Yuni.
Yuni membalasnya dengan rintihan penyesalan, seharusnya Arie bertanggung
jawab atas hilangnya perawan yang dimiliki Yuni.
Mendengar itu
Arie hanya tersenyum karena memang selama ini Arie mendambakan istri
seperti Yuni ditambah lagi ia mengetahui bila hidup dengan Yuni maka ia
akan mendapatkan segalanya. Arie mengucapkan selamat bobo kepada Yuni
yang langsung tertidur kecapaian dan Arie langsung keluar dari kamar
Yuni setelah Arie menggunakan pakaiannya kembali.
Arie masuk ke
dapur, didapatnya tantenya sedang dalam keadaan menungging mengambil
sesuatu. Terlihat dengan jelas celana merah muda yang dipakai tantenya.
Tante Rani dibuat kaget karena Arie langsung meraba liang kewanitaannya
yang terbungkus CD merah muda sambil menegurnya. "Tante sudah pulang,"
tanya Arie. Sambil melepaskan rabaan tangannya di liang kewanitaan
tantenya. Lalu Arie membuka kulkas untuk mencari air putih. "Iya, Tante
hanya sebentar kok. Soalnya Tante kasihan dengan burung kamu yang tadi
Tante tinggalkan dalam keadaan menantang," jawab Tante Rani sambil
tersenyum. "Bagaimana sekarang Arie burungnya, sudah mendapatkan sarang
yang baru ya.." Mendapat ejekan itu, Arie langsung kaget. "Ah Tante, mau
cari sangkar di mana," jawab Arie mengelak. "Arie kamu jangan mengelak,
Tante tau kok.. kamu sudah mendapatkan sarang yang baru jadi kamu harus
bertanggung jawab. Kalau tidak kamu akan Tante laporkan sama Oom dan
kedua orang tuanmu bahwa kamu telah bermain gila bersama Yuni dan
Tante."
Mendengar itu, Arie langsung diam dan ia akan menikahi
Yuni seperti yang dijanjikanya. Mendengar hal itu Tante Rani tersenyum
dan memberikan kecupan yang mesra kepada Arie sambil meraba batang
kemaluan Arie yang sudah tidak kuat untuk berdiri. Melihat batang
kemaluan Arie yang sudah tidak kuat berdiri itu Tante Rani tersenyum.
"Pasti adikku dibuatnya KO sama kamu yaa... Buktinya burung kamu tidak
mau berdiri," goda Tante Rani. "Ahh nggak Tante, biasa saja kok."
Tante Rani meninggalkan Arie, sambil mewanti-wanti agar menikahi
adiknya. Akhirnya pernikahan Yuni dengan Arie dilakukan dengan
pernikahan dibawah tangan atau pernikahan secara agama tetapi dengan
tanpa melalui KUA karena Yuni masih dibawah umur.
TAMAT
0 comments:
Posting Komentar
Jangan lupa komennya ya demi membangun blog ini agar menjadi lebih baik dari sekarang saran anda sangat berarti untuk perkembangan blog ini :)