Fanny Damayanti, adalah seorang gadis
dengan wajah cantik, alis matanya melengkung, dan mata indah serta
jernih, dilindungi oleh bulu mata lentik, hidung mancung serasi
melengkapi kecantikannya, ditambah dengan bibir mungil merah alami yang
serasi pula dengan wajahnya. Rambutnya yang hitam dan dipotong pendek
menjadikannya lebih menarik, kulitnya putih mulus dan terawat, badannya
mulai tumbuh begitu indah dan seksi. Dia tumbuh di kalangan keluarga
yang cukup berada dan menyayanginya. Usianya baru 15 tahun, kadang
sifatnya masih kekanakan. Badannya tidak terlalu tinggi berkisar 155 cm,
badannya ideal dengan tinggi badannya, tidak terlalu gemuk atau terlalu
kurus.
Seminggu yang lalu Fanny mulai rutin mengikuti les privat
Fisika di rumahku, Renne Lobo, aku seorang duda. Aku mempunyai sebuah
rumah mungil dengan dua buah kamar, diantaranya ada sebuah kamar mandi
yang bersih dan harum. Kamar depan diperuntukkan ruang kerja dan
perpustakaan, buku-buku tersusun rapi di dalam rak dengan warna-warna
kayu, sama seperti meja kerja yang di atasnya terletak seperangkat
komputer. Sebuah lukisan yang indah tergantung di dinding, lukisan itu
semakin tampak indah di latar belakangi oleh warna dinding yang serasi.
Ruang tidurnya dihiasi ornamen yang serasi pula, dengan tempat tidur
besar dan pencahayaan lampu yang membuat suasana semakin romantis. Ruang
tamu ditata sangat artistik sehingga terasa nyaman.
Rumahku
memang terkesan romantis dengan terdengar pelan alunan lagu-lagu cinta,
Fanny sedang mengerjakan tugas yang baru kuperintahkan. Dia terlalu
asyik mengerjakan tugas itu, tanpa sengaja penghapusnya jatuh
tersenggol. Fanny berusaha menggapai ke bawah bermaksud untuk
mengambilnya, tapi ternyata dia memegang tanganku yang telah lebih dulu
mengambilnya. Fanny kaget melihat ke arahku yang sedang tersenyum
padanya. Fanny berusaha tersenyum, saat tangan kirinya kupegang dan
telapak tangannya kubalikkan dengan lembut, kemudian kutaruh penghapus
itu ke dalam telapak tangannya.
Aku sebagai orang yang telah
cukup berpengalaman dapat merasakan getaran-getaran perasaan yang
tersalur melalui jari-jari gadis itu, sambil tersenyum aku berkata,
"Fan, kamu tampak lebih cantik kalau tersenyum seperti itu". Kata-kataku
membuat gadis itu merasa tersanjung, dengan tidak sadar Fanny mencubit
pahaku sambil tersenyum senang.
"Udah punya pacar Fan?", godaku sambil menatap Fanny.
"Belum, Kak!", jawabnya malu-malu, wajahnya yang cantik itu bersemu merah.
"Kenapa, kan temen seusiamu sudah mulai punya pacar", lanjutku.
"Habis mereka maunya cuma hura-hura kayak anak kecil, caper", komentarnya sambil melanjutkan menulis jawaban tugasnya.
"Ohh!", aku bergumam dan beranjak dari tempat duduknya, mengambil minuman kaleng dari dalam kulkas.
"Minum Coca Cola apa Fanta, Fan?", lanjutku.
"Apa ya! Coca Cola aja deh Kak", sahutnya sambil terus bekerja.
Aku
mambawa dua kaleng minuman dan mataku terus melihat dan menelusuri
tubuh Fanny yang membelakangi, ternyata menarik juga gadis ini, badannya
yang semampai dan bagus cukup membuatku bergairah, pikirku sambil
tersenyum sendiri.
"Sudah Kak", suara Fanny mengagetkan
lamunanku, kuhampiri dan kusodorkan sekaleng Coca-Cola kesukaan gadis
itu. Kemudian aku memeriksa hasil pekerjaan itu, ternyata benar semua.
"Ahh, ternyata selain cantik kamu juga pintar Fan ", pujiku dan membuat Fanny tampak tersipu dan hatinya berbunga-bunga.
Aku
yang sengaja duduk di sebelah kanannya, melanjutkan menerangkan
pemecahan soal-soal lain, Bau wangi parfum yang kupakai sangat lembut
dan terasa nikmat tercium hidung, mungkin itu yang membuatnya tanpa
sadar bergeser semakin dekat padaku.
Pujian tadi membuatnya tidak
dapat berkonsentrasi dan berusaha mencoba mengerti apa yang sedang
dijelaskan, tapi gagal. Aku yang melihatnya tersenyum dalam hati dan
sengaja duduk menyamping, agak menghadap pada gadis itu sehingga
instingku mengatakan hatinya agak tergetar.
"Kamu bisa ngerti yang baru kakak jelaskan Fan", kataku sambil melihat wajah Fanny lewat sudut mata.
Fanny
tersentak dari lamunannya dan menggeleng, "Belum, ulang dong Kak!",
sahutnya. Kemudian aku mengambil kertas baru dan diletakkan di depannya,
tangan kananku mulai menuliskan rumus-rumus sambil menerangkan, tangan
lainnya diletakkan di sandaran kursi tempatnya duduk dan sesekali aku
sengaja mengusap punggungnya dengan lembut.
Fanny semakin tidak
bisa berkonsentrasi, saat merasakan usapan lembut jari tanganku itu,
jantungnya semakin berdegup dengan keras, usapan itu kuusahakan senyaman
dan selembut mungkin dan membuatnya semakin terlena oleh perasaan yang
tak terlukiskan. Dia sama sekali tidak bisa berkonsentrasi lagi. Tanpa
terasa matanya terpejam menikmati belaian tangan dan bau parfum yang
lembut.
Dia berusaha melirikku, tapi aku cuek saja, sebagai
perempuan yang selalu ingin diperhatikan, Fanny mulai mencoba menarik
perhatianku. Dia memberanikan diri meletakkan tangan di atas pahaku.
Jantungnya semakin berdegup, ada getaran yang menjalar lembut lewat
tanganku.
Selesai menerangkan aku menatapnya dengan lembut, dia
tak kuasa menahan tatapan mata yang tajam itu, perasaannya menjadi tak
karuan, tubuhnya serasa menggigil saat melihat senyumku, tanpa sadar
tangan kirinya meremas lembut pahaku, akhirnya Fanny menutup mata karena
tidak kuat menahan gejolak didadanya. Aku tahu apa yang dirasakan gadis
itu dengan instingku.
"Kamu sakit?", tanyaku berbasa basi. Fanny
menggelengkan kepala, tapi tanganku tetap meraba dahinya dengan lembut,
Fanny diam saja karena tidak tahu apa yang harus dilakukan. Aku genggam
lembut jari tangan kirinya.
Udara hangat menerpa telinganya dari
hidungku, "Kamu benar-benar gadis yang cantik, dan telah tumbuh dewasa
Fan", gumamku lirih. pujian itu membuat dirinya makin bangga, tubuhnya
bergetar, dan nafasnya sesak menahan gejolak di dadanya. Dan Fanny
ternyata tak kuasa untuk menahan keinginannya meletakkan kepalanya di
dadaku, "Ahh..", Fanny mendesah kecil tanpa disadari.
Aku sadar
gadis ini mulai menyukaiku, dan berhasil membangkitkan perasaan
romantisnya. Tanganku bergerak mengusap lembut telinga gadis itu,
kemudian turun ke leher, dan kembali lagi naik ke telinga beberapa kali.
Fanny merasa angan-angannya melambung, entah kenapa dia pasrah saja
saat aku mengangkat dagunya, mungkin terselip hatinya perasaan ingin
terus menikmati belaian-belaian lembut itu.
"Kamu memang sangat cantik dan aku yakin jalan pikiranmu sangat dewasa, Aku kagum!", kataku merayu.
Udara
hangat terasa menerpa wajahya yang cantik, disusul bibir hangatku
menyentuh keningnya, lalu turun pelan ke telinga, hangat dan lembut,
perasaan nikmat seperti ini pasti belum pernah dialaminya. Anehnya dia
menjadi ketagihan, dan merasa tidak rela untuk cepat-cepat mengakhiri
semua kejadian itu.
"Ja.., jangan Kak", pintanya untuk menolak.
Tapi dia tidak berusaha untuk mengelak saat bibir hangatku dengan lembut
penuh perasaan menyusuri pipinya yang lembut, putih dan halus, saat
merasakan hangatnya bibirku mengulum bibirnya yang mungil merah merekah
itu bergeter, aku yakin baru pertama kali ini dia merasakan nikmatnya
dikulum dan dicium bibir laki-laki.
Jantung di dadanya berdegup
makin keras, perasaan nikmat yang menyelimuti hatinya semakin membuatnya
melambung. "Uuhh..!", hatinya tergelitik untuk mulai membalas ciuman
dan kuluman-kuluman hangatku.
"Aaahh..", dia mendesah merasakan
remasanku lembut di payudara kiri yang menonjol di dadanya, seakan tak
kuasa melarang. Dia diam saja, remasan lembut menambah kenikmatan
tersendiri baginya.
"Dadamu sangat indah Fan", sebuah pujian yang
membuatnya semakin mabuk, bahkan tangannya kini memegang tanganku, tidak
untuk melarangnya, tapi ikut menekan dan mengikuti irama remasan di
tanganku. Dia benar-benar semakin menikmatinya. Serdadukupun mulai
menegang.
"Aaahh", Fanny mendesah kembali dan pahanya
bergerak-gerak dan tubuhnya bergetar menandakan vaginanya mulai basah
oleh lendir yang keluar akibat rangsangan yang dialaminya, hal itu
membuat vaginanya terasa geli, merupakan kenikmatan tersendiri. Dia
semakin terlena diantara degup-degup jantung dan keinginannya untuk
mencapai puncak kenikmatan. Diimbanginya kuluman bibir dan remasan
lembut di atas buah dadanya.
Saat tanganku mulai membuka kancing baju seragamnya, tangannya mencoba menahannya.
"Jangan
nanti dilihat orang", pintanya, tapi tidak kupedulikan. Kulanjutkan
membuka satu persatu, dadanya yang putih mulus mulai terlihat, buah
dadanya tertutup bra warna coklat.
Seakan dia sudah tidak peduli
lagi dengan keadaannya, hanya kenikmatan yang ingin dicapainya, dia
pasrah saat kugendong dan merebahkannya di atas tempat tidur yang
bersprei putih. Di tempat tidur ini aku merasa lebih nyaman, semakin
bisa menikmati cumbuan, dibiarkannya dada yang putih mulus itu makin
terbuka.
"Auuuhh", bibirku mulai bergeser pelan mengusap dan
mencium hangat di lehernya yang putih mulus. "Aaaahh", dia makin
mendesah dan merasakan kegelian lain yang lebih nikmat.
Aku
semakin senang dengan bau wangi di tubuhnya. "Tubuhmu wangi sekali",
kembali rayuan itu membuatnya makin besar kepala. Tanganku itu dibiarkan
menelusuri dadanya yang terbuka. Fanny sendiri tidak kuasa menolak,
seakan ada perasaan bangga tubuhnya dilihat dan kunikmati. Tanganku kini
menelusuri perutnya dengan lembut, membuatnya menggelinjang kegelian.
Bibir hangatku beralih menelusuri dadanya.
"Uhh.!", tanganku
menarik bajunya ke atas hingga keluar dari rok abu-abunya, kemudian
jari-jarinya melepas kancing yang tersisa dan menari lembut di atas
perutnya. "Auuuhh" membuatnya menggelinjang nikmat, perasaannya
melambung mengikuti irama jari-jariku, sementara serdaduku terasa makin
tegang.
Dia mulai menarik kepalaku ke atas dan mulai mengimbagi
ciuman dan kuluman, seperti caraku mengulum dan mencium bibirnya.
"Ooohh", terdengar desah Fanny yang semakin terlena dengan ciuman hangat
dan tarian jari-jariku diatas perutnya, kini dada dan perutnya terlihat
putih, mulus dan halus hanya tertutup bra coklat muda yang lembut.
Aku
semakin tegang hingga harus mengatur gejolak birahi dengan mengatur
pernafasanku, aku terus mempermainkan tubuh dan perasaan gadis itu,
kuperlakukan Fanny dengan halus, lembut, dan tidak terburu-buru, hal ini
membuat Fanny makin penasaran dan makin bernafsu, mungkin itu yang
membuat gadis itu pasrah saat tanganku menyusup ke belakang, dan membuka
kancing branya.
0 comments:
Posting Komentar
Jangan lupa komennya ya demi membangun blog ini agar menjadi lebih baik dari sekarang saran anda sangat berarti untuk perkembangan blog ini :)