Tanganku mulai menyusup di bagian dada yang menonjol di bawah bra gadis itu, terasa kenyal dan padat di tanganku.
"Aaahh..
Uuuhh. ooohh", Fanny menggelinjang gelinjang geli dan nikmat, jemari
itu menari dan mengusap lembut di atas buah dadanya yang mulai
berkembang lembut dan putih, seraya terus berpagutan. Dia merasa semakin
nikmat, geli dan melambungkan angan-angannya.
Ujung jariku mulai
mempermainkan puting susunya yang masih kecil dan kemerahan itu dengan
sangat hati-hati. "Kak.. Aaahh.. uuhh.. ahh". Fanny mulai menunjukkan
tanda-tanda terangsang hingga berusaha ikut membuka kancing bajuku, agak
susah, tapi dia berhasil. Tangannya menyusup kebalik baju dan mengelus
dadaku, sementara birahinya makin memuncak. "Ngghh.. ", vaginanya yang
basah semakin membuatnya nikmat, pikirku. Fanny menurut ketika badannya
diangkat sedikit, dibiarkannya baju dan branya kutanggalkan, lalu
dilempar ke samping tempat tidur.
Sekarang tubuh bagian atasnya
tidak tertutup apapun, dia tampak tertegun dan risih sejenak, saat
mataku menelusuri lekuk tubuhnya. Di sisi lain dia merasa kagum dengan
dua gunung indah yang masih perawan yang menyembul di atas dadanya,
belum pernah terjamah oleh siapapun selain dirinya sendiri. Sedangkan
aku tertegun sejenak melihat pemandangan di depan mataku, birahiku
bergejolak kembali, aku berusaha mengatur pernafasan, karena tidak ingin
melepaskan nafsu binatangku hingga menyakiti perasaan gadis cantik yang
tergolek pasrah di depanku ini.
Aku mulai mengulum buah dada
gadis itu perlahan, terasa membusung lembut, putih dan kenyal.
Diperlakukan seperti itu Fanny menggelinjang, "Ahh.. uuuhh.. aaahh".
Pengalaman pertamanya ini membuat angan-angannya terbang tinggi. Buah
dadanya yang putih, lembut, dan kenyal itu terasa nikmat kuhisap lembut,
tarian lidah diputing susunya yang kecil kemerahan itu mulai berdiri
dan mengeras.
"Aaahh..!", dia merintih geli dan makin mendekap
kepalaku, vaginanya mungkin kini terasa membanjir. Birahinya semakin
memuncak. "Kak.. ahh, terus Kak.. ahh.. Uhh", rintihnya makin panjang.
Aku terus mempermainkan buah dada gadis lugu itu dengan bibir dan
lidahku, sambil membuka kancing bajuku sendiri satu persatu, kemudian
baju itu kutanggalkan, terlihat dadaku yang bidang dan atletis.
Kembali
ujung bibirnya kukulum, terasa geli dan nikmat. Saat Fanny akan
membalas memagutnya, telapak tangannya kupegang dan kubimbing naik ke
atas kepalanya. Aku mulai mencium dan menghisap lembut, dan menggigit
kecil tangan kanannya, mulai dari pangkal lengan, siku sampai ujung
jarinya diisap-isap. Membuatnya bertambah geli dan nikmat. "Geli.. ahh..
ohh!"
Perasaannya melambung kembali, ketika buah dadanya dikulum,
dijilati dan dihisap lembut. "Uuuhh.!", dia makin mendekapkan kepalaku,
itu akan membuat vaginanya geli, membuat birahinya semakin memuncak.
"Kak..
ahh, terus kak.. ahh.. ssst.. uhh", dia merintih rintih dan
menggelinjang, sesekali kakinya menekuk ke atas, hingga roknya
tersingkap.
Sambil terus mempermainkan buah dada gadis itu. aku
melirik ke paha mulus, indah terlihat di antara rok yang tersingkap.
Darahku berdesir, kupindahkan tanganku dan terus menari naik turun
antara lutut dan pangkal paha putih mulus, masih tertutup celana yang
membasah, Aku merasakan birahi Fanny semakin memuncak. Aku terus
mempermainkan buah dada gadis itu.
"Kak.. ahh, terus Kak.. ahh..
uhh", terdengar gadis itu merintih panjang. Aku dengan pelan dan pasti
mulai membuka kancing, lalu menurunkan retsleting rok abu-abu itu,
seakan Fanny tidak peduli dengan tindakanku itu. Rangsangan yang membuat
birahinya memuncak membuatnya bertekuk lutut, menyerah.
"Jangan
Kak.. aahh", tapi aku tidak peduli, bahkan kemudian Fanny malah membantu
menurunkan roknya sendiri dengan mengangkat pantatnya. Aku tertegun
sejenak melihat tubuh putih mulus dan indah itu. Kemudian badan gadis
itu kubalikkan sehingga posisinya tengkurap, bibirku merayap ke leher
belakang dan punggung.
"Uuuhh", ketika membalikkan badan, Fanny
melihat sesuatu yang menonjol di balik celana dalamku. Dia kaget, malu,
tapi ingin tahu. "Aaahh". Fanny mulai merapatkan kakinya, ada perasaan
risih sesaat, kemudian hilang kalah oleh nafsu birahi yang telah
menyelimuti perasaannya. "Ahh..", dia diam saja saat aku kembali mencium
bibirnya, membimbing tangannya ke bawah di antara pangkal paha, dia
kini memegang dan merasakan serdadu yang keras bulat dan panjang di
balik celanaku, sejenak Fanny sejenak mengelus-elus benda yang membuat
hatinya penasaran, tapi kemudian dia kaget dan menarik tangannya.
"Aaahh",
Fanny tak kuberikan kesempatan untuk berfikir lain, ketika mulutku
kembali memainkan puting susu mungil yang berdiri tegak dengan indahnya
di atas tonjolan dada. Vaginanya terasa makin membanjir, hal ini membuat
birahinya makin memuncak. "Ahh.. ahh.. teruuus.. ahh.. uhh", sambil
terus memainkan buah dadanya, tanganku menari naik turun antara lutut
dan pangkal pahanya yang putih mulus yang masih tertutup celana. Tanpa
disadarinya, karena nikmat, tanganku mulai menyusup di bawah celana
dalamnya dan mengusap-usap lembut bawah pusar yang mulai ditumbuhi
rambut, pangkal paha, dan pantatnya yang kenyal terbentuk dengan
indahnya bergantian.
"Teruuuss.. aaahh.. uuuhh", karena geli dan
nikmat Fanny mulai membuka kakinya, jari-jari Rene yang nakal mulai
menyusup dan mengelus vaginanya dari bagian luar celana, birahinya
memuncak sampai kepala.
"Ahh.. terus.. ahh.. ohh", gadis itu kaget
sejenak, kemudian kembali merintih rintih. Melihat Fanny menggelinjang
kenikmatan, tanganku mencoba mulai menyusup di balik celana melalui
pangkal paha dan mengelus-elus dengan lembut vaginanya yang basah lembut
dan hangat. Fanny makin menggelinjang dan birahinya makin membara.
"Ahh.. teruusss ooh", Fanny merintih rintih kenikmatan.
Aku tahu
gadis itu hampir mencapai puncak birahi, dengan mudah tanganku mulai
beraksi menurunkan celana dalam gadis itu perlahan. Benar saja, Fanny
membiarkannya, sudah tidak peduli lagi bahkan mengangkat pantat dan
kakinya, sehingga celana itu terlepas tanpa halangan.
Tubuh gadis
itu kini tergolek bugil di depan mataku, tampak semakin indah dan
merangsang. Pangkal pahanya yang sangat bagus itu dihiasi bulu-bulu
lembut yang mulai tumbuh halus. Vaginanya tampak kemerahan dan basah
dengan puting vagina mungil di tengahnya. Aku terus memainkan puting
susu yang sekarang berdiri tegak sambil terus mengelus bibir vagina
makin membanjir. "Kak.. ahh, terus Kak.. ahh.. uhh".
Vagina yang
basah terasa geli dan gatal, nikmat sampai ujung kepala. "Kak.. aahh",
Fanny tak tahan lagi dan tangannya menyusup di bawah celana dalamku dan
memegang serdadu yang keras bulat dan panjang itu. Fanny tidak merasa
malu lagi, bahkan mulai mengimbangi gerakanku.
Aku tersenyum
penuh kemenangan melihat tindakan gadis itu, secara tidak langsung gadis
itu meminta untuk bertindak lebih jauh lagi. Aku melepas celana
dalamku, melihat serdaduku yang besar dan keras berdiri tegak dengan
gagahnya, mata gadis itu terbelalak kagum.
Sekarang kami tidak
memakai penutup sama sekali. Fanny kagum sampai mulutnya menganga
melihat serdadu yang besar dan keras berdiri tegak dengan gagahnya, baru
pertama kali dia melihat benda itu. Vaginanya pasti sudah sangat geli
dan gatal, dia tidak peduli lagi kalau masih perawan, kemudian telentang
dan pelan-pelan membuka leber-lebar pahanya.
Sejenak aku
tertegun melihat vagina yang bersih kemerahan dan dihisi bulu-bulu yang
baru tumbuh, lubang vaginanya tampak masih tertutup selaput perawan
dengan lubang kecil di tengahnya.
Fanny hanya tertegun saat aku
berada di atasnya dengan serdadu yang tegak berdiri. Sambil bertumpu
pada lutut dan siku, bibirku melumat, mencium, dan kadang menggigit
kecil menjelajahi seluruh tubuhnya. Kuluman di puting susu yang disertai
dengan gesekan-gesekan ujung burung ke bibir vaginanya kulakukan dengan
hati-hati, makin membasah dan nikmat tersendiri. "Kak.. ahh, terus
ssts.. ahh.. uhh", birahinya memuncak bisa-bisa sampai kepalanya terasa
kesemutan, dipegangnya serdaduku. "Ahh" terasa hangat dan kencang.
"Kak..
ahh!", dia tak dapat lagi menahan gejolak biraninya, membimbing
serdaduku ke lubang vaginanya, dia mulai menginginkan serdaduku
menyerang ke lubang dan merojok vaginanya yang terasa sangat geli dan
gatal. "Uuuhh.. aaahh", tapi aku malah memainkan topi baja serdaduku
sampai menyenggol-nyenggol selaput daranya. "Ooohh Kak masukkan ahh",
gadis itu sampai merintih rintih dan meminta-minta dengan penuh
kenikmatan.
Dengan hati-hati dan pelan-pelan aku terus
mempermainkan gadis itu dengan serdaduku yang keras, hangat tapi lembut
itu menyusuri bibir vagina.
"Ooohh Kak masukkan aaahh", di sela
rintihan nikmat gadis itu, setelah kulihat puting susunya mengeras dan
gerakannya mulai agak lemas, serdadu mulai menyerang masuk dan menembus
selaput daranya, Sreetts "Aduuhh.. aahh", tangannya mencengkeram bahuku.
Dengan begitu, Fanny hanya merasa lubang vaginanya seperti digigit
nyamuk, tidak begitu sakit, saat selaput dara itu robek, ditembus
serdaduku yang besar dan keras. Burungku yang terpercik darah perawan
bercampur lendir vaginanya terus masuk perlahan sampai setengahnya,
ditarik lagi pelan-pelan dan hati-hati. "Ahh", dia merintih kenikmatan.
Aku
tidak mau terburu-buru, aku tidak ingin lubang vagina yang masih agak
seret itu menjadi sakit karena belum terbiasa dan belum elastis. Burung
itu masuk lagi setengahnya dan.. Sreeets "Ohh..", kali ini tidak ada
rasa sakit, Fanny hanya merasakan geli saat dirasakan burung itu keluar
masuk merojok vaginanya. Fanny menggelinjang dan mengimbangi gerakan dan
mendekap pinggangnya.
"Kak.. ahh, terus Kak.. ohh.. uhh",
serdaduku terus menghunjam semakin dalam. Ditarik lagi, "Aaahh", masuk
lagi. "Ahh, terus... ahh.. uhh", lubang vagina itu makin lama makin
mengembang, hingga burung itu bisa masuk sampai mencapai pangkalnya
beberapa kali. Fanny merasakan nikmat birahinya memuncak di kepala,
perasaannya melayang di awan-awan, badannya mulai bergeter getar dan
mengejang, dan tak tertahankan lagi. "Aaahh, ooohh, aaahh" vaginanya
berdenyut-denyut melepas nikmat. Dia telah mencapai puncak orgasme,
kemudian terlihat lega yang menyelimuti dirinya.
Melihat Fanny
sudah mencapai orgasme, aku kini melepas seluruh rasa birahi yang
tertahan sejak tadi dan makin cepat merojok keluar masuk lubang vagina
Fanny, "Kak.. ahh.. ssst.. ahh.. uhh", Fanny merintih dan merasakan
nikmat birahinya memuncak kembali. Badannya kembali bergetar dan
mengejang, begitu juga denganku.
"Ahh.. oohh.. ohh.. aaaahh!", kami
merintih rintih panjang menuju puncak kenikmatan. Dan mereka mencapai
orgasme hampir bersamaan, terasa serdadu menyemburkan air mani hangat ke
dalam vagina gadis itu yang masih berdenyut nikmat.
Aku
mengeluarkan serdadu yang terpercik darah perawan itu pelan-pelan,
berbaring di sebelah Fanny dan memeluknya supaya Fanny merasa aman, dia
tampak merasa sangat puas dengan pelajaran tahap awal yang kuberikan.
"Bagaimana kalau Fanny hamil Kak", katanya sambil sudut matanya mengeluarkan air mata.
Sesaat
kemudian aku dengan sabar menjelaskan bahwa Fanny tidak mungkin hamil,
karena tidak dalam masa siklus subur, berkat pengalamanku menganalisa
kekentalan lendir yang keluar dari vagina dan siklus menstruasinya.
Fanny
semakin merasa lega, aman, merasa disayang. Kejadian tadi bisa
berlangsung karena merupakan keinginan dan kerelaannya juga. Diapun bisa
tersenyum puas dan menitikkan air mata bahagia, kemudian tertidur pulas
dipelukanku yang telah menjadikannya seorang perempuan.
Bangun
tidur, Fanny membersihkan badan di kamar mandi. Selesai mandi dia
kembali ke kamar, dilepasnya handuk yang melilit tubuhnya, begitu indah
dan menggairahkan sampai-sampai aku tak berkedip memandangnya.
Diambilnya pakaian yang berserakan dan dikenakannya kembali satu
persatu. Kemudian dia pamit pulang dan mencium pipiku yang masih
berbaring di tempat tidur.
TAMAT
0 comments:
Posting Komentar
Jangan lupa komennya ya demi membangun blog ini agar menjadi lebih baik dari sekarang saran anda sangat berarti untuk perkembangan blog ini :)