Arie menghentikan mobilnya di pinggir
jalan menuju rumahnya sambil berkata, "Aku tidak mungkin bisa melakukan
itu Tante," Tante Rani hanya berkata, "Arie, Tolong dong.. Tante sudah
tidak kuat lagi ingin gituan, masa Arie tidak kasihan sama Tante."
Tangan Tante Rani dengan berani membuka baju bagian atas dan
memperlihatkan buah dadanya yang besar. Terlihat buah dada yang besar
yang masih ditutupi oleh BH warna ungu menantang untuk disantap. Melihat
Arie yang tidak ada perlawanan, akhirnya Tante Rani memakai kembali
bajunya dan duduk seperti semula sambil diam seperti patung sampai tiba
di rumah. Perjalanan itu membuat Arie jadi salah tingkah dengan kelakuan
tantenya itu.
Kedekatan Arie dengan Yuni semakin menjadi karena
bila ada PR yang sulit Yuni selalu meminta bantuan Arie. Pada saat itu
Yuni mendapatkan kesulitan PR matematika. Dengan sekonyong-konyong masuk
ke kamar Arie. Pada saat itu Ari baru keluar dari kamar mandi sambil
merenungkan tentang kelakuannya tadi siang dengan Tante Rani yang
menolak melakukan itu. Arie keluar dari kamar mandi tanpa sehelai benang
pun yang menutupinya. Dengan jelas Yuni melihat batang kemaluan Arie
yang mengerut kedinginan. Sambil menutup wajah dengan kedua tangannya,
Yuni membalikkan badannya. Arie hanya tersenyum sambil berkata,
"Mangkanya, kalau masuk kamar ketok pintu dulu," goda Arie sambil
menggunakan celana pendek tanpa celana dalam. Kebiasaan itu dilakukan
agar batang kemaluannya dapat bergerak dengan nyaman dan bebas.
Arie bergerak mendekati Yuni dan mencium pundaknya yang sangat putih dan
berbulu-bulu kecil. "Ahh, geli Kak Arie.. Kak Arie sudah pake celana
yah," tanya Yuni.
"Belum," jawab Arie menggoda Yuni.
"Ahh, cepet
dong pake celananya. Yuni mau minta tolong Kak Arie mengerjakan PR,"
rengek Yuni sambil tangan kirinya meraba belakang Arie.
Melihat
rabaan itu, Arie segaja memberikan batang kemaluannya untuk diraba. Yuni
hanya meraba-raba sambil berkata, "Ini apa Kak, kok kenyal." Mendapat
rabaan itu batang kemaluan Arie semakin menengang dan dalam pikirannya
kalau dengan Yuni aku mau tapi kalau dengan kakakmu meskipun sama-sama
cantiknya tapi aku juga masih punya pikiran yang betul, masa tenteku
digarap olehku.
Rabaan Yuni berhenti ketika batang kemaluan Arie
sudah menegang setengahnya dan ia melepaskan rabaannya dan langsung
membalikkan badannya. Arie kaget dan hampir saja tali kolornya yang
terbuat dari karet, menjepit batang kemaluannya yang sudah menegang.
Tangan yang tadi digunakan meraba batang kemaluan Arie kembali
digunakan menutup wajahnya dan perlahan Yuni membuka tangannya yang
menutupi wajahnya dan terlihat Arie sudah memakai celana pendek. "Nah,
gitu dong pake celana," kata Yuni sambil mencubit dada Arie yang
menempel di susu kecil Yuni. "Udah dong meluknya," rintih Yuni sambil
memberikan buku Matematikanya.
Saling memeluk antara Arie dan
Yuni sudah merupakan hal yang biasa tetapi ketika Arie merasakan
kenikmatan dalam memeluk Yuni, Yuni tidak merasakan apa-apa mungkin
karena Yuni masih anak ingusan yang badannya saja yang bongsor. Arie
langsung naik ke atas ranjang besarnya dan bersandar di bantal pojok
ruangan kamar itu. Meskipun ada meja belajar tapi Arie segaja memilih
itu karena Yuni sering menindihnya dengan pantatnya sehingga batang
kemaluan Arie terasa hangat dibuatnya. Dan memang seperti dugaan Arie,
Yuni tiduran di dada Arie. Pada saat itu Yuni menggunakan daster yang
sangat tipis dan di atas paha sehingga celana dalam berwarna putih dan
BH juga yang warna putih terlihat dengan jelas. Yuni tidak merasa risih
dengan kedaan itu karena memang sudah seperti itu hari-hari yang
dilakukan bersama Arie.
Sambil mengerjakan PR, pikiran Arie
melayang-layang bagaimana caranya agar ia dapat mengatakan kepada Yuni
bahwa dirinya sekarang berubah hati menjadi cinta pada Yuni. Tapi apakah
dia sudah mengenal cinta soalnya bila orang sudah mengenal cinta
biasanya syahwatnya juga pasti bergejolak bila diperlakukan seperti yang
sering dilakukan oleh Arie dan Yuni.
PR pertama telah
diselesaikan dengan cepat, Yuni terseyum gembira. Terlihat dengan jelas
payudara Yuni yang kecil. Pikiran Arie meliuk-liuk membayangkan
seandainya ia mampu meraba susu itu tentunya sangat nikmat dan sangat
hangat. Ketegangan Arie semakin menjadi ketika batang kemaluannya yang
tanpa celana dalam itu tersentuh oleh pinggul Yuni yang berteriak karena
masih ada PR-nya yang belum terisi. Memang posisi Arie menerangkan
tersebut ada di bawah Yuni dan pinggul Yuni sering bergerak-gerak karena
sifatnya yang agresif.
Gerakan badan Yuni yang agresif itu
membuat paha putihnya terlihat dengan jelas dan kadangkala gumpalan
kemaluannya terlihat dengan jelas hanya terhalang oleh CD yang berwarna
putih. Hal itu membuat nafas Arie naik turun. Yuni tidak peduli dengan
apa yang terjadi pada batang kemaluan Arie, malah Yuni semakin terus
bermanja-manja dengan Arie yang terlihat bermalas-malasan dalam
mengerjakan PR-nya itu. Pikiran Arie semakin kalang kabut ketika Yuni
mengerak-gerakkan badan ke belakang yang membuat batang kemaluannya
semakin berdiri menegang. Dengan pura-pura tidak sadar Arie meraba
gundukan kemaluan Yuni yang terbungkus oleh CD putih. Bukit kemaluan
Yuni yang hangat membuat Arie semakin bernafsu dan membuat nafasnya
semakin terengah-engah.
"Kak cepat dong kerjakan PR yang satunya lagi. Yang ini, yang nomor sepuluh susah."
Arie membalikkan badannya sehingga bukit kemaluan Yuni tepat menempel
di batang kemaluan Arie. Dalam keadaan itu Yuni hanya mendekap Arie
sambil terus berkata, "Tolong ya Kak, nomor sepuluhnya."
"Boleh,
tapi ada syaratnya," kata Arie sambil terus merapatkan batang
kemaluannya ke bukit kemaluan Yuni yang masih terbungkus CD warna Putih.
Pantat Yuni terlihat dengan jelas dan mulai merekah membentuk sebuah
badan seorang gadis yang sempurna, pinggul yang putih membuat Arie
semakin panas dingin dibuatnya. Yuni hanya bertanya apa syaratnya kata
Yuni sambil mengangkat wajahnya ke hadapanya Arie. Dalam posisi seperti
itu batang kemaluan Arie yang sudah menegang seakan digencet oleh bukit
kemaluan Yuni yang terasa hangat. Arie tidak kuat lagi dengan semua itu,
ia langsung mencium mulut Yuni. Yuni hanya diam dan terus menghidar
ciuman itu. "Kaak... apa dong syaratnya", kata Yuni manja agresif
menggerak-gerakkan badannya sehingga bukit kemaluannya terus
menyentuh-nyentuh batang kemaluan Arie. Gila anak ini belum tahu apa-
apa tentang masalah seks. Memang Yuni tidak merasakan apa-apa dan ia
seakan-akan bermain dengan teman wanitanya tidak ada rasa apa pun.
"Syaratnya kamu nanti akan kakak peluk sepuasnya."
Mendengar itu
Yuni hanya tertawa, suatu syarat yang mudah, dikirain harus pus-up 1000
kali. Konsenterasi Arie dibagi dua yang satu terus mendekatkan batang
kemaluannya agar tetap berada di bawah bukit kemaluan Yuni yang sering
terlepas karena Yuni yang banyak bergerak dan satunya lagi berusaha
menyelesaikan PR-matematikanya. Yuni terus mendekap badan Arie sambil
kadang-kadang menggerakkan lipatan pahanya yang menyetuh paha Arie.
Setelah selesai mengerjakan PR-nya, Arie menggerak-gerakkan pantatnya
sehingga berada tepat di atas bukit kemaluan Yuni. Arie semakin tidak
tahan dengan kedaaan itu dan langsung meraba-raba pantat Yuni. Ketika
Arie akan meraba payudara Yuni. Yuni bangkit dan terus melihat ke wajah
Arie, sambil berkata, "PR-nya sudah Kaak.. Arie," sambil Menguap.
Melihat PR-nya yang sudah dikerjakan Arie, Yuni langsung memeluk Arie
erat-erat seperti memeluk bantal guling karena syaratnya itu. Kesempatan
itu tidak dilewatkan oleh Arie begitu saja, Arie langsung memeluk Yuni
berguling-guling sehingga Yuni sekarang berada di bawah Arie. Mendapat
perlakuan yang kasar dalam memeluk itu Yuni berkata, "Masa Kakak meluk
Yuni nggak bosan-bosan." Berbagai alasan Arie lontarkan agar Yuni tetap
mau di peluk dan akhirnya akibat gesekan-gesekan batang kemaluan Arie
bergerak-gerak seperti akan ada yang keluar, dan pada saat itu Yuni
berhasil lepas dari pelukan Arie sambil pergi dan tidak lupa
melenggokkan pantatnnya yang besar sambil mencibirkan mulutnya.
"Aduh, Gila si Yuni masih tidak merasakan apa-apa dengan apa yang
barusan saya lakukan," guman Arie dalam hati sambil terus memengang
batang kemaluannya. Arie berusaha menetralisir batang kemaluannya agar
tidak terlalu tegang. "Tenang ya jago, nanti kamu juga akan menikmati
kepunyaan Yuni cuma tinggal waktu saja. Nanti saya akan pura-pura
memberikan pelajaran Biologi tentang anatomi badan dan di sanalah akan
saya suruh buka baju. Masa kalau sudah dibuka baju masih belum
terangsang."
Arie memang punya prinsip kalau dalam berhubungan
badan ia tidak mau enak sediri tapi harus enak kedua-duanya. Itulah pola
pikir Arie yang terus ia pertahankan. Seandainya ia mau tentunya dengan
gampang ia memperkosa Yuni.
Ketegangan batang kemaluan Arie
terus bertambah besar tidak mau mengecil meskipun sudah diguyur oleh
air. Untuk menghilangkan kepenatan Arie keluar kamar sambil membakar
sebatang rokok. Ternyata Tante Rani masih ada di ruang tengah sambil
melihat TV dan meminum susu yang dibuatnya sendiri. Tante Rani yang
menggunakan daster warna biru dengan rambut yang dibiarkan terurai
tampak sangat cantik malam itu. Lekukan tubuhnya terlihat dengan jelas
dan kedua payuadaranya pun terlihat dengan jelas tanpa BH, juga pahanya
yang putih dan mulus terpampang indah di hadapannya. Keadaan itu
terlihat karena Tante Rani duduk di sofa yang panjang dengan kaki yang
putih menjulur ke depan.
Ketenganan Arie semakin memuncak melihat keidahan tubuh Tante Rani yang sangat seksi dan mulus itu.
"Kamu kenapa belum tidur Ari," kata Tante Rani sambil menuangkan segelas air susu untuk Arie.
"Anu Tante, tidak bisa tidur," balas Arie dengan gugup.
Memang Tante Rani yang cantik itu tidak merasa canggung dengan
keberadaan Arie, ia tidak peduli dengan keberaan Ari malah ia segaja
memperlihatkan keindahan tubuhnya di hadapan Arie yang sudah sangat
terangsang.
"Maaf ya, Tante tadi siang telah berlaku kurang sopan terhadap Arie."
"Tidak apa-apa Tante, Arie mengerti tentang hal itu," jawab Arie sambil
terus menahan gejolak nafsunya yang sudah diluar batas normal ditambah
lagi dengan perlakuan Yuni yang membuat batang kemaluannya semakin
menegang tidak tentu arah.
"Oom ke mana Tante, kok tidak kelihatan," tanya Arie mengisi perbincangan.
"Kamu tidak tahu, Oom kan sedang ke Bali mengurus proyek yang baru," jawab Tante Rani.
Memang Om Budiman sangat jarang sekali ada di rumah dan itu membuat Ari
semakin tahu akan kebutuhan batin Tante Rani, tapi itu tidak mungkin
dilakukannya dengan tantenya.
Arie dan Tante Rani duduk di sofa
yang besar sambil sesekali tubuhnya digerak-gerakkan seperti cacing
kepanasan. Tak diduga sebelumnya oleh Arie, Tante Rani membuka dasternya
yang menutupi paha putihnya yang putih bersih sambil menggaruk-garukkan
tangannya di seputar gundukan kemaluannya. Mata Arie melongo tidak
percaya. Dua kali dalam satu hari ia melihat paha Tante Rani, tapi yang
ini lebih parah dari yang tadi siang di dalam mobil, sekarang Tante Rani
tidak menggunakan celana dalam. Kemaluannya yang ditumbuhi bulu-bulu
yang hitam tersingkap dengan jelas dan tangan Tante Rani terus
menggaruk-garuk di seputar kemaluannya itu karena merasa ada yang gatal.
Melihat itu Arie semakin gelisah dan tidak enak badan ditambah lagi
dengan ketegangan di batang kemaluannya yang semakin menegang.
"Kamu kenapa Arie," tanya Tante Rani yang melihat wajah Arie keluar keringat dingin.
"Nggak Tante, Arie cuma mungkin capek," balas Arie sambil terus sekali-kali melihat ke pangkal paha putih milik Tante Rani.
Setelah merasa agak baikan di sekitar kemaluannya, Tante Rani segaja
tidak menutup pahanya, malah ia duduk bersilang sehingga terlihat dengan
jelas pangkal pahanya dan kemaluannya yang merekah. Melihat Arie
semakin menegang, Tante Rani tersenyum dan mempersilakan Arie untuk
meminum susu yang dituangkan di dalam gelas itu.
Ketegangan Arie
semakin memuncak dan Arie tidak berani kurang ajar pada tantenya
meskipun tahu bahwa tantenya segaja memperlihatkan kemulusan pahanya
itu. "Tante, saya mau ke paviliun belakang untuk mencari udara segar."
Melihat Arie yang sangat tegang itu Tante Rani hanya tersenyum, dalam
pikirannya sebentar lagi kamu akan tunduk padaku dan akan meminta untuk
tidur denganku.
Sebelum sampai ke paviliun belakang Arie
jalan-jalan dulu di pinggiran kolam lalu ia duduk sambil melihat kolam
di depannya. Sambil terus berusaha menahan gejolaknya antara menyetubuhi
tantenya atau tidak. Sambil terus berpikir tentang kejadian itu. Tidak
segaja ia mendegar rintihan dari belakang yang kebetulan kamar Pak Dadi.
Arie terus mendekati kamar Pak Dadi yang kebetulan dekat dengan
Paviliun. Arie mengendus-endus mendekati jendela dan ternyata jendelanya
tidak dikunci dan dengan mudah Arie dapat melihat adegan suami istri
yang sedang bermesraan.
Di dalam kamar yang berukuran cukup
besar itu, Arie melihatnya leluasa karena hanya terhalang oleh tumpukan
pakaian yang digantung dekat jendela itu. Di dalamnya ternyata Pak Dadi
dengan istrinya sedang bermesraan. Istri Pak Dadi yang bernama Astri
sedang asyik mengulum batang kejantanan Pak Dadi dengan lahapnya. Dengan
penuh birahi Astri terus melahap dan mengulum batang kemaluan Pak Dadi
yang ukurannya lebih kecil dari ukuran yang dimiliki Arie. Astri terus
mengulum batang kemaluan Pak Dadi. Posisi Pak Dadi yang masih
menggunakan pakaian dan celananya yang telah melorot ada di lantai
dengan posisi duduk terus mengerang-erang kenikmatan yang tiada
bandingnya sedangkan Astri jongkok di lantai. Terlihat Astri menggunakan
CD warna hitam dan BH warna hitam. Erangan-erangan Pak Dadi membuat
batang kemaluan Pak Dadi semakin mesra di kulum oleh Astri.
Dengan satu gerakan Astri membuka daster yang dipakainya karena melihat
suaminya sudah kewalahan dengan kulumannya. Terlihat dengan jelas buah
dada yang besar masih ditutupi BH hitamnya. Pak Dadi membantu membuka
BH-nya dan dilanjutkan dengan membuka CD hitam Astri. Astri yang masih
melekat di bandan Pak Dadi meminta Pak Dadi supaya duduk di samping
ranjang. Lalu Pak Dadi menyuruh Astri telentang di atas ranjang dan
pantatnya diganjal oleh bantal sehingga dengan jelas terlihat bibir
kemaluan Astri yang merah merekah menantang kejantanan Pak Dadi.
Sebelum memasukkan batang kemaluannya, Pak Dadi mengoleskan air
ludahnya di permukaan bukit kemaluan Astri. Dengan kaki yang ada di
pinggul Pak Dadi, Astri tersenyum melihat hasil karyanya yaitu batang
kemaluan suaminya tercinta telah mampu bangkit dan siap bertempur.
Dengan perlahan batang kemaluan Pak Dadi dimasukkan ke dalam liang
kemaluan Astri, terlihat Astri merintih saat merasakan kenikmatan yang
tiada tara, kepala Astri dibolak-balikkan tanpa arah dan tangannya terus
meraba-raba dada Pak Dadi dan sekali-kali meraba buah dadanya. Memang
beradunya batang kemaluan Pak Dadi dengan liang senggama Astri terasa
cukup lancar karena ukurannya sudah pas dan kegiatan itu sering
dilakukannya. Erangan-erangan Astri dan Pak Dadi membuat tubuh Arie
semakin Panas dingin, entah sudah berapa menit lamanya Tante Rani
memainkan kemaluan Arie yang sudah menegang, ia tersenyum ketika tahu
bahwa di belakangnya ada orang yang sedang memegang kemaluannya.
"Tante, kapan Tante datang", suara Arie perlahan karena takut ketahuan
oleh Pak Dadi sambil berusaha menjauh dari tempat tidur Pak Dadi. Tangan
Tante Rani terus menggandeng Arie menuju ruang tengah sambil tangannya
menyusup pada kemaluan Arie yang sudah menegang sejak tadi. Sesampainya
di ruang tengah, Arie duduk di tempat yang tadi diduduki Tante Rani,
sementara Tante Rani tiduran telentang sambil kepalanya ada seputar
pangkal paha Arie dengan posisi pipi kanannya menyentuh batang kemaluan
Arie yang sudah menegang.
"Kamu kok orang yang sedang begituan
kamu intip, nanti kamu jadi panas dingin dan kalau sudah panas dingin
susah untuk mengobatinya. Untung saja kamu tadi tidak ketahuan oleh Pak
Dadi kalau kamu ketahuan kamu kan jadi malu. Apalagi kalau ketahuan sama
Oommu bisa-bisa Tante ini, juga kena marah." Tante Rani memberikan
nasehat-nasehat yang bijak sambil kepalanya yang ada diantara kedua
selangkangan Arie terus digesek-gesek ke batang kemaluan Arie. "Tante
tahu kamu sekarang sudah besar dan kamu juga tahu tentang kehidupan
seks. Tapi kamu pura-pura tidak mau," goda Tante Rani, "Dan kamu sudah
tahu keinginan Tantemu ini, kamu malah mengintip kemesraan Pak Dadi,"
nasehat-nasehat itu terus terlontar dari bibir yang merah merekah,
dilain pihak pipi kirinya digesek-gesekkan pada batang kemaluan Arie.
Arie semakin tidak dapat lagi menahan gejolak yang sangat tinggi dengan
tekanan voltage yang berada diluar batas kemanusiaan. "Tante jangan
gitu dong, nanti saya jadi malu sama Tante apalagi nanti kalau oom
sampai tahu." Mendengar elakan Arie, Tante Rani malah tersenyum, "Dari
mana Oommu tahu kalau kamu tidak memberitahunya."
Gila, dalam
pikiraanku mana mungkin aku memberitahu Oomku. Gerakan kepala Tante Rani
semakin menjadi ditambah lagi kaki kirinya diangkat sehingga daster
yang menutupi kakinya tersingkap dan gundukan hitam yang terawat dengan
bersih terlihat merekah. Bukit kemaluan Tante Rani terlihat dengan jelas
dengan ditumbuhi bulu-bulu yang sudah dicukur rapi sehingga terlihat
seperti kemaluan gadis seumur Yuni.
Arie sebetulnya sudah tahu
akan keinginan Tante Rani. Tapi batinnya mengatakan bahwa dia tidak
berhak untuk melakukannya dengan tantenya yang selama ini baik dan
selalu memberikan kebutuhan hidupnya. Tanpa disadari tantenya sudah
menaikkan celana pendeknya yang longgar sehingga kepala batang kemaluan
Arie terangkat dengan bebas dan menyentuh pipi kirinya yang lebut dan
putih itu. Melihat Keberhasilanya itu Tante Rani membalikkan badan dan
sekarang Tante Rani telungkup di atas sofa dengan kemaluannya yang
merekah segaja diganjal oleh bantal sofa.
0 comments:
Posting Komentar
Jangan lupa komennya ya demi membangun blog ini agar menjadi lebih baik dari sekarang saran anda sangat berarti untuk perkembangan blog ini :)